KONTAN.CO.ID - Harga minyak turun lebih dari 1% pada hari Rabu (1/5), melemah untuk sesi ketiga berturut-turut di tengah harapan perjanjian gencatan senjata di Timur Tengah. Di samping itu meningkatnya persediaan dan produksi minyak mentah di konsumen utama Amerika Serikat (AS). Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent untuk bulan Juli turun US$1,48 atau 1,7% menjadi US$84,85 per barel pada pukul 09.28 GMT, setelah mencapai level terendah $84,83 sejak 15 Maret.
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk bulan Juni turun US$1,49 atau 1,8% menjadi US$80,44, yang merupakan level terendahnya sejak 22 Maret.
Baca Juga: Harga Minyak Melanjutkan Koreksi di Tengah Kenaikan Produksi Minyak AS Harapan bahwa perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan segera terwujud telah tumbuh menyusul dorongan baru yang dipimpin oleh Mesir. Bahkan ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk terus melanjutkan serangan yang telah lama dijanjikan di Rafah. “Pasar minyak mentah terbebani oleh berlanjutnya harapan akan gencatan senjata,” kata Ole Hansen dari Saxo Bank. "Selain itu, inflasi AS yang keras kepala telah semakin mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga." Pejabat The Fed akan menyelesaikan pertemuan kebijakan dua hari terakhir mereka pada hari Rabu dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil. Pemotongan suku bunga akan bertindak sebagai dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi dan mendorong permintaan. “Tanda-tanda inflasi yang berlanjut juga meningkatkan kekhawatiran terhadap permintaan minyak mentah. Hal ini terjadi menjelang musim mengemudi di AS, di mana permintaan bensin meningkat pesat,” kata analis ANZ dalam sebuah laporan pada hari Rabu. Yang lebih membebani harga minyak adalah laporan terpisah bahwa persediaan dan produksi minyak mentah AS meningkat.
Baca Juga: Harga Minyak Turun, Data Inflasi Meredupkan Prospek Penurunan Suku Bunga Persediaan minyak mentah AS naik 4,906 juta barel dalam pekan yang berakhir 26 April, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute, yang melampaui ekspektasi penurunan 1,1 juta barel. Pedagang akan menunggu untuk melihat apakah data resmi dari Badan Informasi Energi (EIA) pada pukul 14.30 GMT mengkonfirmasi tren tersebut. Pada hari Selasa (30/4), EIA mengatakan produksi AS naik menjadi 13,15 juta barel per hari (bph) pada bulan Februari dari 12,58 juta barel per hari pada bulan Januari, peningkatan bulanan terbesar dalam sekitar 3,5 tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto