KONTAN.CO.ID - Harga minyak turun lebih dari 1% pada hari Rabu (22/5), turun untuk hari ketiga berturut-turut. Di tengah ekspektasi bahwa penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) mungkin tertunda karena inflasi yang berkelanjutan, berpotensi mempengaruhi permintaan di negara pengguna minyak terbesar di dunia. Pasar juga tergelincir karena persediaan minyak mentah dan bensin AS meningkat pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada hari Selasa (21/5). Para analis memperkirakan angka tersebut akan menurun.
Baca Juga: Harga Minyak Berpotensi Naik Usai Koreksi Cukup Panjang Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent turun 87 sen atau 1,1% menjadi US$82,01 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 81 sen atau 1% menjadi US$77,85 pada 1255 GMT. Kedua benchmark tersebut ditutup sekitar 1% lebih rendah pada hari Selasa. “Harga minyak mentah tertekan oleh pelonggaran fundamental, dengan OPEC+ kemungkinan akan memperpanjang pengurangan produksi pada pertemuan bulan Juni untuk mendukung harga,” kata Head of Commodity Strategy di Saxo, Ole Hansen. Pasar minyak mentah fisik telah melemah dan sebagai tanda lain bahwa kekhawatiran akan berkurangnya pasokan cepat, premi kontrak Brent pada bulan pertama dibandingkan kontrak kedua, yang dikenal sebagai
backwardation, mendekati level terendah sejak Januari. "Pandangan terhadap prospek fundamental masih suram," kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.
Baca Juga: The Fed Beri Sinyal Akan Tahan Bunga Lebih Lama, Harga Minyak Turun Varga menambahkan, waktu penurunan suku bunga The Fed sangat ambivalen. The Fed mengatakan harus menunggu beberapa bulan lagi untuk memastikan bahwa inflasi benar-benar kembali ke jalur menuju target 2% sebelum menurunkan suku bunga.
Biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak. Investor sedang menunggu risalah pertemuan kebijakan terakhir The Fed dan angka resmi persediaan minyak AS terbaru dari Badan Informasi Energi (EIA) yang akan dirilis pada hari Rabu. "Risalah Federal Open Market Committee (FOMC) akan diteliti untuk menilai The Fed terhadap inflasi kuartal pertama yang bergelombang dan petunjuk mengenai waktu dan tingkat potensi penurunan suku bunga pada tahun 2024," kata analis ANZ dalam sebuah laporan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto