Harga minyak WTI ambles lebih dari 20% sejak sentuh level tertinggi, ini penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan minyak mentah, khususnya jenis West Texas Intermediate (WTI), kian tertekan. Bahkan, kini harga WTI kembali berada di bawah leve US$ 70 per barel.

Padahal, di awal bulan November, WTI sempat berada di posisi tertingginya dalam beberapa tahun usai ditutup ke level US$ 84,15 per barel.

Namun, pada Kamis (2/12), harga WTI justru terjungkal ke US$ 66,39 per barel. Artinya dalam kurun waktu hampir 1 bulan, harga minyak WTI anjlok 21,11%.


Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengungkapkan, saat ini minyak mentah memang tengah berada dalam balutan sentimen negatif. Pertama, merebaknya Covid-19 varian baru, omicron di berbagai belahan dunia, termasuk Eropa dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Menanti keputusan OPEC+, harga minyak menguat lebih dari 1,5% di sore ini (2/12)

“Hal ini memicu kekhawatiran pasar seiring penyebaran varian baru ini ditakutkan akan memperlambat permintaan minyak dunia,” kata Faisyal kepada Kontan.co.id, Kamis (2/12).

Selain itu, investor kini masih wait and see menantikan hasil pertemuan OPEC+ yang digelar hari ini. Sejauh ini, pasar memperkirakan, OPEC+  belum akan menambah suplai..

Faisyal pun melihat, dalam jangka pendek, minyak mentah masih akan sulit keluar dari tekanan. Pasalnya, dolar AS tengah berada dalam tren penguatan selepas pernyataan Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell.

Saat pidato di hadapan Kongres, Powell bilang, inflasi tinggi di AS diproyeksi masih akan berlangsung hingga paruh kedua 2022. Ini artinya, kenaikan inflasi bukan bersifat transitory alias sementara.

“Bahkan, sudah mulai beredar spekulasi bahwa kenaikan suku bunga AS bisa lebih cepat dari perkiraan. Apalagi, ekonom Citigroup juga menyebutkan pengurangan pembelian obligasi yang sebesar US$ 15 miliar akan diperbesar menjadi US$ 30 miliar,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Faisyal memperkirakan harga minyak mentah masih akan berada dalam tren penurunan hingga akhir kuartal I-2022 mendatang. Potensi kembali terjadinya oversupply akan menekan fundamental harga minyak dunia.

Baca Juga: Kasus Omicron pertama di AS menekan harga minyak mentah, WTI ke US$65,90

Jika sampai tidak ada berita atau sentimen positif, ia menilai bukan tidak mungkin harganya akan kembali ke area US$ 50-an per barel.

Namun, jika ternyata varian omicron tidak memberi dampak yang parah dan bisa terkendali sehingga pemulihan ekonomi tahun depan bisa berjalan normal, Faisyal melihat harga minyak dunia bisa kembali naik lagi.

“Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, harga minyak dunia selepas kuartal I-2022 bisa berpotensi kembali ke area US$ 80 per barel,” pungkas Faisyal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari