KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komoditas minyak dunia diperkirakan masih punya prospek yang baik pada tahun ini. Bahkan, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) berpotensi menguji level US$ 60 per barel pada tahun ini. Merujuk Bloomberg, harga minyak WTI pada Kamis (28/1) pukul 17.00 WIB tercatat turun 0,74% ke US$ 52.46 per barel. Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, penurunan ini sebenarnya koreksi wajar. Secara fundamental, dia melihat kondisi minyak dunia sebenarnya relatif bagus. Dia menambahkan, berbagai sentimen seperti perkembangan vaksinasi dan stimulus AS sudah priced in alias sudah diperhitungkan pada harga minyak WTI saat ini. “Sementara dari OPEC+, sejauh ini sepertinya masih cukup seimbang, apalagi beberapa negara dengan sukarela memangkas sedikit produksi hariannya. Walaupun, tidak bisa dipungkiri, pandemi Covid-19 yang belum reda masih menekan permintaan terhadap minyak, jadi peluang pelemahan juga masih cukup terbuka,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (28/1).
Kendati demikian, Wahyu optimistis harga minyak WTI masih akan tetap berada di atas US$ 50 per barel untuk beberapa waktu ke depan. Hal ini tercermin dari harga yang masih stabil di atas US$ 50 per barel di tengah gonjang-ganjing suku bunga, ancaman inflasi, hingga rebound indeks dolar AS. Baca Juga: Harga minyak WTI melemah ke US$ 52,46 per barel, penguatan dolar AS jadi biang keladi Belum lagi, data terakhir di AS juga menunjukkan adanya penurunan dalam jumlah cadangan minyak. Wahyu bilang, secara global, pasokan minyak juga berpotensi cenderung berkurang. Hal ini didukung oleh beberapa perusahaan minyak terbesar di dunia yang mulai mengurang aktivitas eksplorasi. Lebih lanjut, merujuk laporan Reuters, Wahyu menyebut pada 2020 setidaknya lima perusahaan minyak terbesar di dunia memiliki akuisisi onshore maupun offshore terendah dalam lima tahun terakhir.