Harga minyak WTI ke bawah US$ 80 per barel, terseret pembicaraan nuklir Iran



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak memperpanjang penurunan pada hari Kamis (4/11), menyeret harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ke bawah US$80 per barel.

Setelah Iran dan kekuatan dunia setuju untuk melanjutkan pembicaraan nuklir bulan ini yang dapat mengarah pada penghapusan sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap minyak Iran, meningkatkan pasokan global.

Melansir Reuters, harga minyak WTI turun untuk hari ketiga menjadi US$79,98 per barel pada 0326 GMT, turun 88 sen atau 1,1%.


Sedangkan harga minyak mentah Brent untuk Januari turun untuk sesi kedua menjadi US$81,33 per barel, turun 66 sen, atau 0,8%.

Kedua tolok ukur harga minyak mentah tersebut pada hari Rabu membukukan persentase penurunan harian terbesar sejak awal Agustus.

Baca Juga: Proses divestasi Shell Upstream Overseas di Blok Masela belum menemukan titik cerah

Minyak Brent ditutup pada level terendah sejak 7 Oktober dan WTI sejak 13 Oktober, setelah data persediaan mingguan dari Administrasi Informasi Energi AS menunjukkan kenaikan stok minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan pada minggu lalu.

"Penurunan harga minyak semalam kemungkinan sebagian karena kenaikan stok minyak AS," kata analis komoditas Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.

"Penekan yang lebih dominan dari penurunan harga minyak adalah pengumuman Iran bahwa AS dan Iran akan melanjutkan pembicaraan tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir."

Teheran dan enam kekuatan akan memulai pembicaraan tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 pada 29 November. Iran telah menuntut agar AS menghapus sanksi yang telah membatasi ekspor minyaknya.

"Kami pikir (Presiden Iran Ebrahim) Raisi masih ingin mencapai kesepakatan, terlepas dari perbedaannya dengan AS, karena rejeki nomplok ekonomi dari sanksi AS yang dicabut," kata Dhar, merujuk pada presiden yang baru terpilih.

Kemudian pada hari Kamis, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu.

Kelompok ini diperkirakan akan menegaskan kembali rencana untuk menjaga kenaikan pasokan bulanan tetap stabil meskipun ada seruan untuk percepatan.

"Mayoritas anggota OPEC+ tidak dapat meningkatkan produksi dari level saat ini ... bahkan Arab Saudi telah menekankan perlunya berhati-hati pada pertumbuhan permintaan mengingat peningkatan kasus COVID, sambil meningkatkan produksi minyak mentah," kata analis Citi.

Baca Juga: Harga minyak mentah turun, tertekan peningkatan stok AS

OPEC+ kemungkinan akan tetap pada kebijakannya saat ini meskipun ada tekanan dari importir minyak, tambah mereka.

Juga, produsen utama Arab Saudi dan Rusia lebih yakin harga minyak yang lebih tinggi tidak akan menimbulkan respons cepat dari industri serpih AS, kata sumber OPEC+.

Ini mencerminkan keinginan untuk membangun kembali pendapatan dan mendukung kasus untuk tidak meningkatkan produksi OPEC+ lebih cepat.

Namun, beberapa perusahaan minyak besar berencana untuk meningkatkan produksi atau pengeluaran serpih tahun depan yang dapat melemahkan upaya OPEC+ untuk mengendalikan pasokan dan mendukung harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto