Harga minyak WTI ke US$ 39,77 dan Brent ke US$ 41,51, terpukul seretnya permintaan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah turun pada awal perdagangan Kamis (22/10), melanjutkan penurunan besar semalam. Setelah melimpahnya pasokan bensin AS yang mencerminkan prospek yang memburuk untuk permintaan bahan bakar karena melonjaknya kasus virus corona melonjak di Amerika Utara dan Eropa.

Melansir Reuters pukul 10.51 WIB, harga minyak Brent turun 22 sen atau 0,5% menjadi US$ 41,51 per barel pada 0328 GMT, setelah meluncur 3,3% pada hari Rabu.

Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 26 sen atau 0,7% menjadi US$ 39,77 per barel, setelah tergelincir 4% pada hari Rabu.


Badan Informasi Energi (EIA) melaporkan stok bensin AS naik 1,9 juta barel dalam sepekan hingga 16 Oktober dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 1,8 juta barel.

Baca Juga: Harga minyak tergelincir, dipicu kenaikan stok bahan bakar AS

Produk keseluruhan yang dipasok, mewakili permintaan, rata-rata 18,3 juta barel per hari dalam empat pekan hingga 16 Oktober, kata EIA . Atau turun 13% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

"Laporan EIA terbaru menunjukkan peningkatan tak terduga dalam persediaan bensin, yang terjadi bersamaan dengan penurunan produksi bensin karena pemadaman kilang akibat Badai Delta. Jadi implikasinya adalah permintaan bensin cukup lemah," kata Lachlan Shaw, kepala penelitian komoditas di National Australia Bank.

Dengan infeksi Covid-19 harian baru mencapai rekor di beberapa negara bagian AS dan di Eropa, penguncian baru dan larangan China perjalanan keluar untuk membantu membendung penyebaran penyakit menjadi pertanda buruk bagi permintaan bahan bakar.

Memperburuk prospek, harapan bahwa anggota parlemen AS akan mencapai kesepakatan dengan Gedung Putih tentang paket stimulus ekonomi yang meredup pada Rabu malam setelah Presiden Donald Trump menuduh Demokrat menahan kesepakatan kompromi.

"Kebangkitan kasus virus corona membuat pengendara AS semakin mengerem. Ini membuat negosiasi tentang paket stimulus AS menjadi lebih penting," kata Riset ANZ dalam sebuah catatan.

Shaw dari NAB mengatakan bahkan jika paket bantuan Covid-19 disetujui, kemungkinan itu akan membuat kenaikan harga minyak hanya sementara.

"Ini mungkin meningkatkan nada permintaan selama satu atau dua minggu, tetapi dengan penyebaran virus korona yang semakin cepat ada hambatan di sana," katanya.

Baca Juga: 3 Indeks utama Wall Street ambles lagi, masih menanti stimulus

Menambah kekhawatiran pasokan, ekspor minyak Libya dengan cepat meningkat hingga Oktober karena pemuatan dimulai kembali setelah pelonggaran blokade oleh pasukan Timur.

"Dimulainya kembali keberangkatan Libya terjadi pada saat sebagian besar negara secara global terus berjuang dengan kehancuran permintaan minyak akibat Covid-19," kata Kpler, sebuah perusahaan intelijen, dalam sebuah catatan kepada kliennya.

Produksi Libya telah pulih menjadi sekitar 500.000 barel per hari dan pemerintah di Tripoli memperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto