Harga minyak WTI kembali memanas ke US$ 60 per barel



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak west texas intermediate (WTI) kembali menyentuh level US$ 60 per barel dalam dua hari terakhir. Kamis (11/7) pukul 7,24 WIB, harga minyak WTI  untuk pengiriman Agustus 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 60,59 per barel. Ini adalah harga tertinggi sejak 23 Mei 2019.

Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini menguat 0,26% setelah kemarin melonjak 4,50% dalam sehari. Penguatan harga minyak WTI ini telah terjadi dalam enam hari perdagangan berturut-turut. Dalam enam hari, harga minyak mengakumulasi kenaikan 7,71%.

Sementara harga minyak brent hari ini terkoreksi tipis ke US$ 66,99 per barel dari harga penutupan kemarin pada US$ 67,01 per barel. Kemarin, harga minyak brent untuk pengiriman September 2019 pun menguat 4,52%. Dalam sepekan, harga minyak brent menguat 5,83%.


Penguatan harga minyak yang terjadi dalam dua hari terakhir ini dipicu oleh laporan data persediaan minyak mentah AS yang turun 9,5 juta barel dalam sepekan hingga 5 Juli. Angka ini lebih dari tiga kali lipat prediksi analis yang meramalkan penurunan 3,1 juta barel.

Data keluarna Energy Information Administration ini mengejutkan karena impor minyak AS juga turun. "Penurunan impor dan utilisasi penyulingan yang mencapai level tertinggi sejak awal tahun menjadi pemicu merosotnya stok minyak,"ungkap Carsten Fritsch, analis minyak Commerzbank kepada Reuters.

Harga minyak hari ini masih melaju karena badai diperkirakan akan melintasi Teluk Meksiko di akhir pekan. Keberadaan badai bisa memaksa evakuasi wilayah produksi minyak ini. Teluk Meksiko memproduksi sekitar 17% dari produksi minyak mentah AS yang kini mencapai 12 juta barel per hari.

Sementara penopang harga minyak juga berasal dari OPEC dan produsen minyak besar lainnya seperti Rusia yang menyepakati penurunan produksi hingga Maret 2020. Tensi geopolitik antara Amerika Serikat dan Iran turut memanasi harga minyak.

Seorang jenderal AS mengatakan bahwa AS akan membentuk koalisi militer untuk menjaga perairan antara Iran dan Yaman. AS menyebut bahwa Iran dan sekutunya menyerang wilayah ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati