Harga minyak WTI limbung lagi JAKARTA. Harga minyak turun, setelah reli sejak awal Agustus 2016. Sentimen kelebihan pasokan dan kurangnya permintaan masih menjadi penyebab utama penurunan. Mengutip Bloomberg (22/8) pukul 18.00 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Oktober 2016 turun 2,99% ke US$ 47,68 per barel. Kendati begitu, harga minyak tercatat masih tumbuh 2,76% selama sepekan terakhir.
Analis PT Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo mengatakan, turunnya harga minyak akibat pasokan berlimpah ditambah, permintaan yang belum setimpal. Produksi minyak mentah di Amerika Serikat (AS) diprediksi bertambah, seiring penambahan tempat pengeboran minyak. Energy Information Administration (EIA) menyebutkan, produksi minyak AS mencapai 152.000 barel per hari pada akhir pekan kedua Agustus 2016. Produksi tersebut yang tertinggi sejak 15 bulan terakhir. Pasokan minyak global melimpah. Selain AS, Arab Saudi mencetak rekor produksi tertinggi, menghasilkan 10,67 juta barel per hari pada Juli 2016. Irak juga meningkatkan ekspor minyak 5% menjadi 150.000 per barel per hari di tambang Kirkuk. Penguatan dollar AS juga menjadi sentimen negatif bagi minyak. Dollar AS kemarin menguat 0,40% dibanding enam mata uang utama. Terlepas dari berbagai sentimen tersebut, Analis PT Cerdas Indonesia Berjangka, Suluh Adil Wicaksono memaparkan sentimen lain yang dapat menekan minyak berasal dari lemahnya ekonomi China. Dua pekan terakhir, harga minyak melambung setelah Kementerian Energi Saudi menyatakan, akan berupaya menekan produksi dan menjaga stabilisasi harga. “Upaya tersebut akan disampaikan pada pertemuan informal OPEC di Aljazair bulan depan,” kata Wahyu (22/8).
Rusia juga berencana membatasi produksi minyak. Wahyu dan Suluh memprediksi, harga minyak masih berpotensi rebound dalam jangka pendek. Pendorongnya wacana pembatasan produksi minyak oleh negara-negara OPEC pada pertemuan September mendatang. Secara teknikal, Suluh menganalisis, minyak bergerak di atas MA50 dan MA100. MACD berada di area positif. RSI berada di level naik terbatas ke level 73. Lalu, stochastic naik ke level 65. Suluh memprediksi, harga minyak hari ini akan bergulir di kisaran US$ 48,70 per barel. Wahyu memprediksi, harga minyak Selasa (23/8) bergerak pada support US$ 46,6 US$ 45,8 dan resistance US$ 48,7–US$ 50 per barel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie