KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak mentah melemah pada awal perdagangan hari ini. Koreksi terjadi setelah data kelompok industri menunjukkan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) secara tak terduga naik pada pekan lalu. Hal ini menyalakan kembali kekhawatiran tentang pembatasan pandemi yang memotong permintaan bahan bakar global. kenaikan Kamis (21/1) pukul 09.00 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2021 turun 27 sen atau 0,5% menjadi US$ 53,04 per barel.
Serupa, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2021 juga melemah 26 sen atau 0,5% ke level US$ 55,82 per barel.
Baca Juga: Harga minyak ditutup menguat di tengah ekspektasi stimulus besar dari Biden Rabu (20/1), American Petroleum Institute merilis, data persediaan minyak mentah AS yang naik 2,6 juta barel menjadi sekitar 487,1 juta barel pada pekan yang berakhir pada 15 Januari lalu. Realisasi ini jauh dari perkiraan analis dalam jajak pendapat
Reuters, dengan penurunan stok minyak mentah hingga 1,2 juta barel di pekan lalu. "Harga minyak terlihat agak rentan terhadap potensi aksi ambil untung setelah stok minyak mentah AS naik 2,56 juta terhadap penarikan konsensus," kata kepala strategi pasar Axi Stephen Innes dalam sebuah catatan. Namun stok bensin dan persediaan distilat, yang meliputi solar, distilat dan bahan bakar jet, yang naik. Namun, kenaikannya kurang dari perkiraan para analis. Data resmi dari pemerintah AS yang biasanya dikeluarkan Energy Information Administration (EIA) baru merilis laporan inventaris mingguan pada hari Jumat. Innes menambahkan, pembatasan mobilitas akibat melonjaknya Covid-19 merusak prospek jangka pendek untuk permintaan minyak. Meski begitu para pedagang telah melihat lebih jauh dengan harapan bahwa peluncuran vaksin akan pelonggaran penguncian. "Secara bersamaan, perkiraan permintaan minyak mentah China dalam jangka pendek terlihat tinggi dan rentan untuk direvisi lebih rendah karena
lockdown menyebar di negara tersebut menjelang Tahun Baru Imlek," katanya.
Baca Juga: IHSG menguat ke 6.440 di awal perdagangan hari ini (21/1), asing lepas BMRI dan BUMI Di sisi lain, pemerintahan Presiden Joe Biden telah berkomitmen untuk mengekang emisi karbon dan di antara tindakan pertamanya sebagai presiden. Biden mengumumkan, kembalinya Amerika ke perjanjian iklim Paris dan mencabut izin untuk proyek pipa minyak Keystone XL dari Kanada. Pemerintah AS juga berkomitmen untuk mengakhiri sewa minyak dan gas baru di tanah federal, kata sekretaris pers Biden, meskipun Biden belum menetapkan batas waktu untuk mencapai tujuan itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari