Harga minyak WTI menguat di tengah pulihnya bursa saham Amerika Serikat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah melambung di tengah pulihnya pasar saham Amerika Serikat (AS). Kenaikan harga komoditas energi ini disokong oleh data stok minyak mentah AS yang menyusut. Namun pelaku pasar perlu waspada karena dalam jangka pendek, harga komoditas ini berpotensi terkoreksi karena harganya sudah terlampau tinggi.

Mengutip Bloomberg pada Rabu (7/2) pukul 15:33 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2018 menguat 0,33% ke US$ 63,63 per barel.

American Petroleum Institute (API) merilis stok minyak mentah komersial AS pada pekan yang berakhir 2 Februari 2018 berkurang 1,1 juta barel menjadi 418,4 juta barel. Sedangkan  Pada saat bersamaan, bursa saham AS sudah mulai pulih.


"Artinya investor sudah kembali ke aset-aset berisiko seperti saham dan bursa futures," jelas analis PT MOnex Investindo Futures Faisyal kepada KONTAN, Rabu (7/2).

Adapun indeks dollar AS per pukul 15:40 WIB menguat 0,1% ke level 89,67. Penguatan dollar biasanya menjadi katalis negatif untuk harga minyak. Namun Faisyal yakin dollar berpotensi melemah karena akan terpapar komentar Gubernur Federal Reserve negara bagian St Louis, James Bullard menyebut penguatan di sektor tenaga kerja AS tidak akan berpengaruh pada tingkat inflasi.

"Dengan kata lain, dia mendukung suku bunga rendah dan tidak ingin kenaikan fed fund rate di Maret besok," jelas Faisyal.

Untuk perdagangan Kamis (8/2) Faisyal melihat adanya indikasi bearish pada harga minyak mentah. Hal ini terlihat dari indikator moving average (MA) yang bergerak di bawah MA 50, MA 100 dan MA 200. Tak hanya itu, indikator moving average convergence divergence (MACD) juga negatif dan stochastic di area 25,36 tengah menuju area oversold. Sedangkan indikator relative strength index di level 49,68 relatif netral.

Faisyal memperkirakan harga minyak mentah Kamis (8/2) akan bergerak dalam rentang US$ 62,50 - US$ 65 per barel. Sedangkan dalam sepekan bakal bergulir ke US$ 61 - US$ 66,50 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat