KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) tercatat naik melewati US$ 79 per barel pada Rabu (28/2), mendekati level tertinggi dalam hampir empat bulan. Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo mengatakan, sentimen yang membuat harga minyak WTI tersebut naik lantaran adanya ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung di Timur Tengah menjelang pertemuan OPEC. Kemudian, dia menyebutkan sentimen lainnya yakni, OPEC+ pada minggu depan akan memutuskan untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak mentah sekitar 2 juta barel per hari, setelah bulan Maret 2024.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Jatuh Kamis (29/2), Brent ke US$83,25 dan WTI ke US$78,28 Selain itu, berita ekonomi global pada hari Rabu (28/2), lebih lemah dari perkiraan dan memberikan dampak
bearish pada permintaan energi dan harga minyak mentah. “GDP AS Kuartal 4 direvisi turun sebesar 0,1 menjadi 3,2% dari yang dilaporkan sebelumnya, sebesar 3,3%. Tak hanya itu, indeks kepercayaan ekonomi Zona Euro bulan Februari 2024 secara tidak terduga turun 0,7 menjadi 95,4, lebih lemah dari ekspektasi kenaikan menjadi 96,6,” ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Kamis (29/2). Sutopo menyebutkan, sentimen lainnya yakni, adanya
spread spot untuk minyak mentah atau meningkat ke premi spot yang lebih dalam, di mana mengindikasikan kondisi pasar yang lebih ketat dan kemungkinan kenaikan lebih lanjut. Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun 1% Rabu (28/2), Brent ke US$82,75 dan WTI ke US$77,95 “Minyak mentah juga terus meningkat US$ 6,28 per barel atau 8,77% sejak awal tahun 2024, menurut perdagangan
contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini,” ungkap Sutopo. Selain itu, kebijakan Gubernur Fed Bowman yang tidak terburu-buru dalam menurunkan suku bunga karena mengkhawatirkan pasar keuangan, dan akan dirilisnya data inventaris EIA serta data utama perekonomian AS, juga menjadi sentimen utama dalam meningkatkan harga minyak WTI. “Tensi di Timur Tengah dan pembatasan pasokan yang diberlakukan oleh OPEC+ juga turut membantu mempertahankan harga. Harga juga terdorong oleh kepatuhan anggota OPEC+ yang lebih baik dari perkiraan dan meningkatnya permintaan minyak mentah,” ujar Sutopo. Sutopo pun memperkirakan minyak mentah akan diperdagangkan pada US$ 77,69 per barel pada akhir kuartal I 2024. Sedangkan pada akhir 2024, dia memprediksi harga minyak mentah akan diperdagangkan di US$ 81,34 per barel.
Baca Juga: Mulai 1 Maret 2024, Rusia Larang Ekspor Bensin Selama 6 Bulan Selaras dengan hal ini, Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong juga mengatakan, sentimen utama yang mendukung kenaikan harga minyak WTI adalah kebijakan kontrol produksi OPEC+ dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang masih memanas. Namun menurut dia, hal ini diimbangi oleh sentimen negatif pertumbuhan ekonomi global yang lebih lamban di tahun ini, serta menurunnya prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Selain itu, untuk sentimen lainnya yang membuat harga minyak naik, yaitu adanya musim dingin yang ekstrim sehingga mengakibatkan kebutuhan untuk minyak mentah sebagai energi di Amerika, Eropa dan sebagian Asia mengalami peningkatan.
Baca Juga: Rusia Larang Ekspor Bensin Mulai 1 Maret, Berlaku Selama 6 Bulan “Sesuai dengan data yang dirilis oleh EIA, kebutuhan minyak mentah mengalami kenaikan signifikan karena untuk pasokan pembangkit listrik,“ kata Lukman. Lukman memprediksikan, harga minyak pada Kuartal I-2024 ini sebesar $70 - $80 per barel, sedangkan untuk harga hingga akhir 2024 ini kisaran $75 - $85 per barel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli