KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mengawali perdagangan pekan ini dengan penurunan ke level terendah. Senin (30/3) pukul 7.05 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei 2020 di New York Mercantile Exchange turun 5,72% ke US$ 20,28 per barel. Harga minyak WTI ini mencapai level terendah sejak Februari 2002 atau lebih dari 18 tahun lalu. Sejalan, harga minyak brent untuk pengiriman Mei 2020 di ICE Futures pun turun 5,74% menjadi US$ 23,50 per barel. Harga minyak WTI ini mencapai level terendah sejak akhir April 2003.
Harga minyak terdampak hantaman ganda karena virus corona dan perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia. Kedua negara ini membanjiri pasar dengan pasokan tambahan di tengah produksi minyak Amerika Serikat (AS) yang juga mencapai rekor tertinggi dan lebih besar dari masing-masing negara tersebut.
Baca Juga: Pengelola dana negara produsen minyak akan jual saham US$ 225 miliar di pasar Virus corona telah mencapai total lebih dari 720.000 kasus terkonfirmasi di seluruh dunia. Total korban meninggal mencapai 33.925 orang dan pasien sembuh mencapai 149.082 orang. Dr. Anthony Fauci, direktur NAtional Institute of Allergy and Infectious Disease memperkirakan AS bisa mencapai total korban meninggal 200.000 orang. Industri penerbangan terhenti dan penggunaan kendaraan pun berkurang jauh akibat
lockdown dan pembatasan perjalanan lebih dari separuh penduduk dunia. Analis memperkirakan permintaan bahan bakar akan turun sekitar 20% dalam beberapa bulan ini. Perusahaan-perusahaan minyak Rusia memperkirakan perang harga akan berlanjut. Sementara Saudi tidak mengindikasikan pembicaraan baru untuk mengurangi suplai.
Baca Juga: Ekonomi Berpotensi tumbuh negatif, Core rekomendasikan tujuh langkah Goldman Sachs memperkirakan bahwa penurunan permintaan minyak bisa mencapai 19 juta barel per hari pada bulan April. "Guncangan permintaan dalam skala ini akan menjadi terlalu besar untuk respons suplai apa pun, termasuk potensi penghentian produksi OPEC atau pemangkasan," ungkap Goldman dalam catatan yang dikutip
Reuters. Dalam beberapa hari, harga minyak yang diperdagangkan di pasar lokal Texas AS lebih rendah daripada produk berjangka minyak. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan mengantisipasi banjir pasokan.
Produksi minyak AS saat ini berada di sekitar 13 juta barel per hari yang merupakan rekor tertinggi. Tingkat produksi ini diperkirakan turun lebih dari 1,4 juta barel per hari pada akhir kuartal ketiga tahun depan.
Baca Juga: Prediksi Kurs Rupiah: Ditopang Stimulus Amerika Serikat Pekan lalu, Baker Hughes menghitung ada 40 rig berhenti beroperasi yang merupakan penurunan terbesar sejak 2015. Perusahaan-perusahaan menahan belanja modal. Produsen-produsen minyak utama global telah mengumumkan rencana memangkas belanja modal. Bahkan telah terjadi pemangkasan jumlah pekerja di tengah antisipasi penurunan harga minyak di bawah US$ 20 per barel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati