Harga Murah, Bank-Bank Borong SUN



JAKARTA. Mumpung harga Surat Utang Negara (SUN) jatuh, para bankir makin giat berbelanja obligasi pemerintah. Kepemilikan bank di SUN pun langsung melonjak. Per akhir Oktober, separuh dari SUN yang beredar senilai Rp 541,7 triliun, berada di tangan perbankan.

Pada akhir September 2008 lalu dana bank yang terparkir di SUN masih Rp 261,04 triliun. Per 31 Oktober 2008 duit bank di SUN membengkak menjadi Rp 274,13 triliun. Berarti, dalam sebulan saja, SUN yang berpindah tangan ke perbankan sebesar Rp 13,09 triliun.

Harga yang rendah menjadi alasan bank memborong SUN. Sekadar gambaran, SUN dengan masa jatuh tempo 10 tahun kini bisa dibeli dengan harga hanya 63. Akibatnya imbal hasil (yield) yang bakal mereka peroleh bisa mencapai 16,58% per tahun.


PT BNI Tbk. termasuk bank yang giat memborong SUN belakangan ini. "Dengan harga dan yield sekarang, SUN menarik untuk dikoleksi hingga jatuh tempo," kata Direktur Treasury dan Internasional BNI Bien Subiantoro, kemarin (4/11). Pada akhir kuartal ketiga 2008 lalu, BNI sudah memiliki SUN sebanyak Rp 33,9 triliun.

Bien juga mengingatkan bahwa SUN merupakan produk investasi Indonesia yang bebas risiko. SUN menjadi pilihan bank karena risiko penyaluran kredit meningkat karena tren bunga kredit tinggi.

Bank lain yang rajin belanja SUN adalah PT Bank Central Asia (BCA) Tbk. Wakil Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmaja mengakui imbal hasil yang tinggi serta harga SUN yang murah mengundang minat bank untuk membeli SUN. "BCA sendiri sejak beberapa tahun terakhir selalu beli SUN. Tidak hanya sekarang saja, kok," katanya.

Sayang, Jahja merahasiakan jumlah kepemilikan BCA di SUN saat ini. "Berapa jumlahnya, tidak bisa kami disclose sekarang. Nanti merusak pasar," elaknya.

PT Bank Artha Graha TBK juga memanfaatkan kejatuhan harga SUN untuk menambah koleksinya. Bank ini memakai kelebihan likuiditas yang dimilikinya untuk membeli SUN.

Wakil Direktur Utama Bank Artha Graha Wisnu Tjandra Wisnu bilang, terakhir Bank Artha Graha membeli SUN sepuluh hari lalu. Saat itu, imbal hasil SUN sedang mencapai puncak, yaitu 21%. "Tiga hari setelah itu, harga SUN terus naik sampai 10%," katanya.

Tunggu aturan BI

Kendati begitu, tidak semua bank berminat mengejar SUN. Kepala Divisi Tresuri PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk Basuki Setiadjid mengatakan, BRI belum berniat untuk membeli SUN di pasar sekunder. "Kami masih punyai simpanan SUN cukup banyak," ujarnya.

Sejatinya, BRI bukan tidak berniat sama sekali mengoleksi SUN. Namun, BRI akan menunggu aturan teknis soal perhitungan dan pencatatan SUN dari BI. Aturan baru ini akan menguntungkan perbankan, terutama bagi bank yang mempunyai potensi kerugian dari fluktuasi harga SUN saat ini.

Kalau aturan teknis ini sudah jelas, menurut Basuki, berarti BRI bakal mempertimbangkan untuk mulai menambah SUN di pasar sekunder.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) sudah mengizinkan perbankan memindahkan kategori portofolio SUN di perbankan yang semula dalam status diperdagangkan dan tersedia untuk dijual, menjadi kategori SUN yang dimiliki hingga jatuh tempo (hold to maturity).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie