Harga naik tinggi, ini jawaban importir sapi



TAGERANG. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman geram dengan importir sapi yang menaikkan harga sapi hidup tanpa alasan yang kuat.

Hal tersebut diungkapkan Amran setelah melakukan inspeksi mendadak ke PT Tanjung Unggul Mandiri (TUM)  pada Kamis (13/8) hari ini.

Namun PT TUM mengelak disalahkan karena menaikkan harga sepihak. Supply Chain Manager Tri Nugrahwanto mengatakan, pihaknya menaikkan harga sapi disebabkan kekhawatiran industri feedloter karena minimnya izin impor yang didapat.


Tri mengambil contoh, di TUM saat ini memiliki kapasitas kandang sebesar 40.000 ekor, tapi saat ini di kandang hanya ada sekitar 21.000 ekor sapi saja.

Untuk itu ia meminta agar pemerintah juga memperhatikan kondisi industri feedloter agar bisnisnya tetap berjalan. "Kami sudah menurunkan harga per hari ini sebesar Rp 42.000 per kg sapi hidup," kata Tri.

Meski sudah turun, namun menurut Amran harga tersebut masih tinggi dari rata-rata harga sapi impor hidup dalam kondisi normal yang hanya Rp 37.000 per kg.

Dengan menaikkan harga daging di tingkat penggemukan, Amran menghitung ada selisih Rp 8.000 per kg yang dibebankan kepada konsumen.

“Kenaikan dari tingkat importir itu saja sudah sangat membebankan konsumen, belum lagi kenaikan dari pihak Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dan pedagang daging di pasaran,” katanya.

Akibat kebijakan yang mencari untung sendiri itu, Amran meminta pihak kepolisian menindak tegas importir yang terbukti melakukan pelanggaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan