KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga logam industri nikel menunjukkan pergerakan positif. Sejak awal tahun 2019, harga nikel perlahan beranjak naik. Analis memperkirakan harga nikel tahun ini mampu menyentuh level US$ 12.000 per ton. Mengutip Bloomberg, harga nikel kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME), Rabu (16/1) menyentuh level US$ 11.670 per ton atau naik 2,45%. Bahkan dalam sepekan harga nikel melonjak 4,38%. Analis Asia Trade Point Futures Andri Hardianto, melihat naiknya harga nikel tak lepas karena tiga kebijakan yang dikeluarkan pemerintah China untuk memulihkan pelambatan ekonomi.
Sekedar informasi saja, bank sentral China menyuntikkan dana tunai harian terbesar melalui operasi pasar terbuka pada Rabu (16/1). Suntikan dana ini semakin menguatkan adanya pelonggaran kebijakan untuk menghadapai perlambatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Dalam operasi pasar terbuka, PBoC menyuntikkan dana segar CNY 350 miliar melalui
reverse bond repurchase agreement bertenor tujuh hari dan CNY 220 miliar melalui
reverse repo bertenor 28 hari. Tak hanya itu, Andri menilai bahwa China telah menurunkan tingkat cadangan yang perlu disisihkan bank komersial untuk kelima kalinya dalam setahun untuk memacu pinjaman. “Terutama pinjaman bagi perusahaan kecil dan menengah. Beijing juga telah memotong pajak dan biaya, dan meningkatkan investasi infrastruktur untuk menopang perekonomian,” ungkapnya. Tahun ini juga, China akan meningkatkan pengeluaran fiskal dan menerapkan pemotongan pajak dan biaya yang lebih besar. Pemotongan akan fokus pada pengurangan beban untuk perusahaan kecil dan produsen. Disamping kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di China, Andri melihat bahwa harga nikel naik disebabkan produksi besar di Indonesia. “Permintaan nikel di industri kendaraan listrik dan baterai akan meningkat. Nah, di Indonesia, khususnya di Morowali sudah dibangun pabrik baterai untuk mengantisipasi permintaan tersebut. Jadi awal tahun harga nikel akan positif,” tandasnya.
Jika pertumbuhan ekonomi di China selama tiga bulan tahun ini mampu naik lebih dari yang diperkirakan, maka bukan hal mustahil untuk harga nikel menembus level US$ 12.000 per ton. Hanya saja, sembari menunggu hal tersebut pelaku pasar pun tengah menanti antisipasi yang disiapkan pemerintah China. Besok, Andri memproyeksi harga nikel berada di rentang US$ 11.550 sampai US$ 11.820 per ton. Sementara dalam sepekan, harganya bisa berada di rentang US$ 11.940 sampai US$ 11.300 per ton. Dari segi teknikal, harga nikel berada diatas garis Moving Average (MA) 50, 100 dan 200 yang mengindikasikan beli. Sama halnya dengan indikator RSI di area 14, dan MACD di level 140,3 yang mengindikasi beli. Sedangkan indikator
stochastic berada di level 91,0 atau
overbought. Ia pun masih merekomendasikan
buy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi