JAKARTA. Performa harga nikel kian melempem akibat melimpahnya stok nikel di pasar global. Kelebihan pasokan masih menjadi ancaman harga nikel ke depan. Apalagi Indonesia dan Filipina bakal memperlonggar kebijakan ekspor mineral mentah. Pada Selasa (13/1), harga nikel di Bursa Metal London (LME) terkoreksi 2,98% dalam sehari menjadi US$ 14.650 per ton. Ini merupakan level harga terendah sejak Maret 2014. Dalam sepekan harga sudah tergerus 3,99%. Ibrahim, Analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka, mengatakan, koreksi harga nikel akan berlanjut. Potensi penurunan harga nikel kian mengemuka jika mencermati sentimen dari dalam negeri. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana memperlonggar aturan ekspor bahan mineral mentah.
Ibrahim menilai, pelonggaran kebijakan ini menghadirkan kecemasan baru, yakni melimpahnya stok nikel di pasar global. "Filipina sebagai negara eksportir juga sudah membuka ekspor besar-besaran, sehingga pasar mengalami kelebihan pasokan," ungkap Ibrahim. Koreksi harga nikel juga didorong oleh tren bullish indeks dollar Amerika Serikat (AS). Hingga Rabu (14/1) pukul 16.56 WIB, indeks dollar AS menguat tipis 0,01% ke level 92,311. Situasi politik di Yunani turut menekan harga nikel. Jika Negeri Para Dewa itu angkat kaki dari Zona Euro, ini bisa menekan stabilitas perekonomian Eropa. Stok melimpah Permintaan nikel diprediksi masih lemah lantaran perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Bank Dunia memangkas estimasi pertumbuhan ekonomi global tahun 2015 dari 3,4% menjadi 3%. Situasi kian negatif lantaran ekonomi China sebagai salah satu importir terbesar nikel melambat. Dalam riset Kotak Commodity Services Ltd yang ditulis tim analis pimpinan Faiyaz Hudani, Rabu (14/1), pertumbuhan ekonomi China hanya 7% tahun ini, lebih rendah dari perkiraan di 7,2%. Kelebihan pasokan nikel di pasar dunia kian mencemaskan. "Persediaan di gudang LME kemarin sudah bertambah 1.704 ton hingga menyentuh level tertinggi sebanyak 416.436 ton," tulis Hudani.