JAKARTA. Harga nikel terus menguat dan mampu mempertahankan level tertingginya sejak awal tahun. Harga menguat setelah rilis data Dana Moneter Internasional (IMF) yang memprediksi pertumbuhan ekonomi global naik dari tahun sebelumnya.Di bursa London Metal Exchange (LME), harga nikel untuk kontrak tiga bulan, Rabu (22/1), terpantau naik 0,47% dari hari sebelumnya menjadi US$ 14.795 per metrik ton. Sedangkan dari akhir pekan lalu, harga nikel menguat sebesar 0,68%.Harga nikel diprediksi akan tetap kuat terutama setelah IMF menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,7% di tahun ini. IMF memberikan prediksi yang lebih baik setelah Oktober 2013 lalu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,6% 2014.Analis Megagrowth Futures, Wahyu Tri Wibowo mengatakan, prediksi pertumbuhan ekonomi global itu akan membawa sentimen positif bagi harga nikel. Maklum, dengan ekonomi yang tumbuh, permintaan nikel akan naik.Selain itu, kenaikan harga juga didukung larangan ekspor mineral mentah (ore) oleh Pemerintah Indonesia. Kebijakan ini diperkirakan bakal memangkas persediaan nikel dunia karena Indonesia dikenal sebagai salah satu eksportir tambang terbesar. "Indonesia memang sangat berpengaruh dalam hal produksi logam industri seperti nikel, tembaga dan timah," ungkap Wahyu.Hal yang wajar jika pelarangan ekspor mineral mentah bisa mengerek harga tiga komoditas itu. Apalagi, permintaan nikel terus meningkat karena komoditas ini sangat diperlukan oleh industri. Wahyu pun memprediksikan, harga logam industri, termasuk nikel, pada tahun ini bakal meningkat.Menjelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC), pekan depan, dan rilis data nonfarm payroll AS awal Februari, Wahyu meramalkan, pergerakan harga nikel sepekan ke depan akan menguat. "Data ekonomi AS yang membaik diprediksi bisa mendorong harga nikel," imbuh Wahyu.Apalagi ekonomi negara-negara lain juga stabil. Sedangkan ekonomi China, meski melemah tapi tidak terlalu buruk sehingga pelaku pasar masih optimistis dengan perbaikan ekonomi global.Secara teknikal, Wahyu bilang, semua indikator memberi sinyal penguatan lanjutan harga nikel. Indikator relative strength index (RSI) berada di level jenuh beli di posisi 66. Stochastic juga berada di area jenuh beli level 90. "Namun potensi koreksi karena jenuh beli hanya bersifat jangka pendek atau sementara," terang Wahyu.Sedangkan, harga saat ini juga sudah ada di atas garis bollinger bands atas, menunjukan adanya potensi menguat Wahyu memproyeksikan, harga nikel dalam sepekan ke depan di kisaran US$ 14.310 hingga US$ 14.970 dengan potensi naik.Sedangkan, sepanjang tahun ini, harga nikel diprediksi terus menguat, setidaknya bisa menembus US$ 15.700 per metrik ton. Jika level harga itu berhasil dicapai, kemungkinan besar terjadi penguatan harga lanjutan hingga menembus US$ 17.300 per metrik ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga nikel digosok pembatasan ekspor
JAKARTA. Harga nikel terus menguat dan mampu mempertahankan level tertingginya sejak awal tahun. Harga menguat setelah rilis data Dana Moneter Internasional (IMF) yang memprediksi pertumbuhan ekonomi global naik dari tahun sebelumnya.Di bursa London Metal Exchange (LME), harga nikel untuk kontrak tiga bulan, Rabu (22/1), terpantau naik 0,47% dari hari sebelumnya menjadi US$ 14.795 per metrik ton. Sedangkan dari akhir pekan lalu, harga nikel menguat sebesar 0,68%.Harga nikel diprediksi akan tetap kuat terutama setelah IMF menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,7% di tahun ini. IMF memberikan prediksi yang lebih baik setelah Oktober 2013 lalu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,6% 2014.Analis Megagrowth Futures, Wahyu Tri Wibowo mengatakan, prediksi pertumbuhan ekonomi global itu akan membawa sentimen positif bagi harga nikel. Maklum, dengan ekonomi yang tumbuh, permintaan nikel akan naik.Selain itu, kenaikan harga juga didukung larangan ekspor mineral mentah (ore) oleh Pemerintah Indonesia. Kebijakan ini diperkirakan bakal memangkas persediaan nikel dunia karena Indonesia dikenal sebagai salah satu eksportir tambang terbesar. "Indonesia memang sangat berpengaruh dalam hal produksi logam industri seperti nikel, tembaga dan timah," ungkap Wahyu.Hal yang wajar jika pelarangan ekspor mineral mentah bisa mengerek harga tiga komoditas itu. Apalagi, permintaan nikel terus meningkat karena komoditas ini sangat diperlukan oleh industri. Wahyu pun memprediksikan, harga logam industri, termasuk nikel, pada tahun ini bakal meningkat.Menjelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC), pekan depan, dan rilis data nonfarm payroll AS awal Februari, Wahyu meramalkan, pergerakan harga nikel sepekan ke depan akan menguat. "Data ekonomi AS yang membaik diprediksi bisa mendorong harga nikel," imbuh Wahyu.Apalagi ekonomi negara-negara lain juga stabil. Sedangkan ekonomi China, meski melemah tapi tidak terlalu buruk sehingga pelaku pasar masih optimistis dengan perbaikan ekonomi global.Secara teknikal, Wahyu bilang, semua indikator memberi sinyal penguatan lanjutan harga nikel. Indikator relative strength index (RSI) berada di level jenuh beli di posisi 66. Stochastic juga berada di area jenuh beli level 90. "Namun potensi koreksi karena jenuh beli hanya bersifat jangka pendek atau sementara," terang Wahyu.Sedangkan, harga saat ini juga sudah ada di atas garis bollinger bands atas, menunjukan adanya potensi menguat Wahyu memproyeksikan, harga nikel dalam sepekan ke depan di kisaran US$ 14.310 hingga US$ 14.970 dengan potensi naik.Sedangkan, sepanjang tahun ini, harga nikel diprediksi terus menguat, setidaknya bisa menembus US$ 15.700 per metrik ton. Jika level harga itu berhasil dicapai, kemungkinan besar terjadi penguatan harga lanjutan hingga menembus US$ 17.300 per metrik ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News