KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) dinilai masih akan solid. Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya mengatakan, pendapatan ANTM diperkirakan meningkat pada 2021-2022. Peningkatan ini seiring dengan harga nikel yang telah meningkat kembali, di tengah rendahnya kegiatan industri di China. Timothy menyebut, harga nikel telah mencapai US$ 20.430 per ton atau naik 23,3% secara year-to-date (ytd). Hal tersebut didorong oleh produksi nikel global yang lebih rendah, serta cadangan (inventory) nikel di London Metal Exchange (LME) yang terus menurun sejak April 2021.
“Kami melihat ANTM memiliki posisi yang strategis sebagai anggota dari Indonesia Bettery Company (IBC) yang bertanggung jawab pada bagian hulu dari rantai produksi baterai dan mobil listrik,” tulis Timothy dalam riset, Rabu (27/10). Indonesia Bettery Company saat ini berencana untuk mengakuisisi perusahaan otomotif Jerman untuk membangun industri kendaraan listrik dalam negeri. Sehingga, ANTM dinilai berada di posisi strategis sebagai penyedia nikel skala besar untuk pabrik baterai dan mobil listrik.
Baca Juga: Turun Rp 5.000, simak daftar lengkap harga emas Antam untuk siang ini (27/10) ANTM dinilai punya prospek usaha nikel yang menjanjikan. Saat ini ANTM sudah mengoperasikan tiga smelter nikel dengan kapasitas 27 ribu ton feronikel per tahun. Selebihnya, ANTM sedang pada tahap akhir pembangunan smelter di Halmahera yang akan menambah kapasitas produksi sebesar 13.500 ton dan ditargetkan beroperasi di 2022.
Panin Sekuritas melihat adanya keunggulan kompetitif ANTM, yakni dengan cadangan sebesar 375 juta wet metric ton (wmt) dan sumber daya mencapai 1,4 miliar wmt. Di sisi lain, penjualan emas ANTM tetap lancer. Harga emas memang sempat mengalami koreksi sejak awal tahun, namun ANTM melakukan proses gold refining. Emas bullion yang diimpor kemudian dilebur, agar tingkat kemurniannya meningkat dari 99,5% menjadi 99,99%, sebelum dijual kembali pada pasar domestik yang dikemudian dikenal sebagai emas Antam. Dus, keuntungan ANTM dapat tercapai melalui nilai tambah dari peleburan, dan tidak terpapar risiko pada perubahan harga emas. Adapun porsi penjualan emas ANTM hingga semester I-2021 mencapai 69% dari total pendapatan, dengan margin operasi yang stabil level di 8,8%, dari sebelumnya 3,0% pada semester I-2020. “Dapat disimpulkan bahwa mayoritas pendapatan ANTM memiliki tingkat marjin yang relatif stabil,” sambung Timothy. Panin Sekuritas masih merekomendasikan beli saham ANTM dengan target harga Rp 3.300.
Tahun ini, emiten pertambangan mineral pelat merah tersebut diperkirakan membukukan pendapatan senilai Rp 31,86 triliun, dan akan naik menjadi Rp 33,61 triliun di 2022. Sementara dari sisi bottomline, ANTM diproyeksikan mengempit laba bersih senilai Rp 2,35 triliun di tahun ini dan akan naik menjadi Rp 2,80 di tahun depan. Timothy menilai, sektor metal mining akan kembali menjadi sorotan pada 2022 setelah krisis energi yang membatasi penggunaan listrik di China dan India diperkirakan dapat mereda pada kuartal kedua 2022. Hal tersebut dapat menjadi katalis positif terhadap peningkatan laju sektor industri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi