Harga Nikel Melemah, Begini Prospeknya di Tahun 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas nikel pada bulan Januari 2023 tercatat melemah. Melansir Trading Economics, Selasa (31/1), harga nikel pada bulan ini turun 2,91% ke US$ 29.017 per ton.

Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, harga nikel menguat sepanjang Desember 2022. Namun, pada bulan Januari, harga mulai menunjukkan penurunan kecil yang bisa menjadi awal dari tren sideways jangka pendek.

Menurut Wahyu, sampai harga menembus kisaran baru, arah pasar akan tetap tidak jelas. Volatilitas pasar, bagaimanapun, akan tetap tinggi.


“Ini terutama berasal dari volume keseluruhan yang lebih rendah di bursa London Metal Exchange (LME) dan meninggalkan risiko signifikan di pasar,” paparnya.

Wahyu mengatakan, fundamental nikel lebih kuat dibandingkan beberapa komoditas mineral lainnya. Sebab, pasokan nikel memang lebih ketat dan kebutuhan teknologi kini masih menjadi andalan, khususnya untuk pembuatan baterai.

Hal itu, kata Wahyu, akan membuat pasar mengalami defisit pasokan pada tahun 2026.

“Banyak produsen dan pengguna akhir di pasar juga memperkirakan bahwa permintaan sektor baterai akan nikel akan meningkat secara substansial, mungkin mendekati 35% dari total permintaan pada tahun 2030,” ungkapnya.

Baca Juga: Harga Nikel Melemah Selama Januari 2023, Ini Penyebabnya

Menurut Wahyu, kondisi tersebut akan mempengaruhi pasar Indonesia secara signifikan. Selain itu, pelarangan ekspor nikel Indonesia juga bisa mempengaruhi harga.

“Diperkirakan produksi nikel akan meningkat, karena ada upaya peningkatannya di Indonesia. Ini bisa potensial mendukung surplus global dan harga nikel akan bereaksi sesuai dengan itu,” tuturnya.

Oleh karena itu, Wahyu memaparkan, nikel masih sangat potensial untuk diinvestasikan, baik dalam jangka menengah maupun panjang.

Sebab, nikel adalah logam kritis yang penting dalam banyak teknologi energi bersih, dengan perkiraan permintaan akan melonjak di tahun-tahun mendatang. Pasokan nikel juga terbatas, dengan Indonesia, Filipina, dan Rusia menyumbang lebih dari 50% pasokan global.

“Penggunaan baterai diharapkan menjadi pendorong utama permintaan logam nikel dalam beberapa tahun mendatang. Walaupun terkoreksi lagi nantinya, tetapi nilainya wajar,” ungkapnya.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, penurunan harga nikel disebabkan oleh peningkatan pasokan global yang merusak sebagian besar optimisme tentang rebound permintaan dari China.

Menurut Sutopo, Tsingshan Holding Group milik Xiang Guangda, salah satu produsen terkemuka dunia, juga berupaya meningkatkan produksi di China, yang dapat menggandakan stok nikel olahan negara itu tahun ini.

“Perubahan dalam dinamika pasokan internasional seperti itu memicu kekhawatiran tentang volatilitas baru untuk kontrak LME yang memaksa bursa logam untuk meningkatkan pengawasan pasarnya,” ungkapnya.

Sepanjang 2023, Wahyu memprediksi harga nikel akan berada dalam range US$ 20.000 – 39.000 per ton. Jika tembus ke US$ 33.900, maka bisa kembali memicu potensi pengujian ke US$ 35.000 – 40.000 per ton.

Sementara, Sutopo memprediksi harga nikel diperkirakan akan diperdagangkan pada US$ 30.451,26 per metrik ton pada akhir kuartal I 2023.

“Ke depan, nikel diperkirakan akan diperdagangkan di US$ 36.472,69, setidaknya dalam waktu 12 bulan,” ujarnya.

Baca Juga: Permintaan Kendaraan Listrik Naik, Prospek Saham Vale (INCO) Bakal Makin Kuat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat