KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas nikel di awal tahun 2023 tercatat melemah. Hal itu berbanding terbalik dengan harga komoditas mineral lainnya. Melansir Trading Economics, Selasa (31/1), harga nikel pada bulan Januari 2023 turun 2,91% ke USD 29.017 per ton. Research & Development ICDX Revandra Aritama mengatakan, seperti pada komoditas lain, pergerakan harga nikel dipengaruhi suplai dan permintaan.
Menurut Revandra, sepanjang tahun lalu Indonesia terus meningkatkan produksi nikel. Hal itu menyebabkan terjadi oversupply nikel di tengah kondisi demand yang belum normal. “Lalu, hal itu juga disusul lesunya ekonomi global sepanjang tahun lalu, terutama China,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (31/1).
Baca Juga: Harga Komoditas Logam Industri Naik pada Awal Tahun, Bagaimana Prospeknya ke Depan? Revandra tak menampik bahwa permintaan terhadap nikel untuk kendaraan listrik mengalami peningkatan. Namun, kata Revandra, yang memiliki peran lebih besar dalam konsumsi nikel adalah sektor konstruksi, di mana nickel merupakan salah satu komponen untuk membuat stainless steel. “Belum pulihnya ekonomi China menyusul kebijakan zero covid policy di negara itu juga berperan dalam konsumsi nikel dunia. Jika China belum pulih, maka permintaan terhadap nikel global juga akan terganggu,” katanya. Kondisi tersebut pun mempengaruhi harga nikel dunia saat ini. Namun, seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi global dan China sudah membuka perbatasan, permintaan terhadap nikel memiliki peluang untuk kembali naik. “Naiknya permintaan terhadap suatu komoditas akan memberikan dampak yang positif terhadap harga dari komoditas tersebut,” ujarnya. Sejalan, Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, nikel memang sempat terkoreksi pada tahun lalu, tetapi harganya ditutup menguat di akhir tahun 2022. Wahyu memaparkan, harga nikel terus menguat sepanjang Desember 2022. Namun, pada bulan Januari, harga mulai menunjukkan penurunan kecil yang bisa menjadi awal dari tren sideways jangka pendek. Menurut Wahyu, sampai harga menembus kisaran baru, arah pasar akan tetap tidak jelas. Volatilitas pasar, bagaimanapun, akan tetap tinggi. “Ini terutama berasal dari volume keseluruhan yang lebih rendah di bursa London Metal Exchange (LME) dan meninggalkan risiko signifikan di pasar,” paparnya.
Nikel, kata Wahyu, masih sangat potensial untuk diinvestasikan, baik dalam jangka menengah maupun panjang. “Sepanjang 2023, harga nikel akan berada dalam range US$ 20.000 – 39.000 per ton. Jika tembus ke US$ 33.900, maka bisa kembali memicu potensi pengujian ke US$ 35.000 – 40.000 per ton,” imbuhnya.
Baca Juga: Permintaan Nikel Meningkat, Begini Prospek Saham Vale (INCO) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat