Harga nikel memoles Antam



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) diperkirakan akan tumbuh kembali tahun ini. Penambahan kuota ekspor oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) dan pulihnya permintaan nikel global bakal menjadi katalis positif bagi perusahaan ini. 

Belum lama ini, Dimas Wikan Pramudhito, Direktur Keuangan ANTM, mengungkapkan, perusahaannya menggenggam kuota ekspor nikel 3,9 juta ton. Jumlah tersebut bertambah dari sebelumnya sebesar 2,7 juta ton yang diberikan pada Mei 2017. 

Yuni, analis PT NH Korindo Sekuritas, melihat, bertambahnya kuota ekspor nikel ANTM berpotensi mengangkat penjualan ANTM tahun ini. Menurut hitungan dia, kontribusi penjualan bijih nikel bisa naik mencapai 20% terhadap total penjualan. 


Sampai akhir kuartal III-2017, penjualan bijih nikel baru menyumbang 13,73%. “Apalagi adanya reformasi tambang di Filipina membuat kecilnya kemungkinan pasokan akan bertambah, sehingga harga nikel bisa terus naik,” ujar Yuni kepada KONTAN.

Ia mencatat, pada kuartal III-2017, harga jual rata-rata nikel naik 36,8% jadi Rp 143 juta per ton. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, harga jualnya masih sebesar Rp 104 juta per ton. Harga nikel membaik berkat penjualan bijih nikel yang mencapai Rp 803 miliar pada kuartal III-2017, atau naik 797,5% dari 2016.

Andy Wibowo Gunawan, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menyebut, manufaktur China yang ekspansif dinilai bisa mendorong kenaikan permintaan nikel. Dengan posisi indeks manufaktur PMI China di atas level 50, maka harga komoditas berpotensi terus tumbuh. “One Belt One Road Initiative (OBOR) juga cenderung memicu konsumsi nikel global lebih tinggi,” papar dia. 

Bisnis nikel ANTM juga diuntungkan kebijakan tambang serta kenaikan pajak di Filipina. Andy meningkatkan perkiraan harga rata-rata nikel global. Di tahun 2018, harga nikel bisa menyentuh US$ 11.500 dan di tahun 2019 US$ 12.000 per metrik ton. 

Di kuartal III-2017, ANTM mampu meraih laba Rp 164,6 miliar setelah kuartal sebelumnya merugi Rp 502,8 miliar. Meski begitu, sepanjang sembilan bulan pertama 2017, ANTM masih mencetak rugi bersih sebesar Rp 331,47 miliar.

Toh, analis memprediksi kinerja ANTM tahun depan membaik dan bisa meraup pendapatan Rp 10,93 triliun. Sementara laba bersih diprediksi mencapai Rp 500 miliar. 

Yuni dan Andy merekomendasikan buy saham ANTM dengan target harga masing-masing  Rp 870 dan Rp 820 per saham. Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji merekomendasikan buy ANTM dengan target harga Rp 790 per saham. Selasa (2/1), harga saham ANTM senilai Rp 635, naik 1,60% dibandingkan akhir pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati