JAKARTA. Sempat menguat di awal pekan, harga nikel tidak mampu mempertahankan penguatannya. Pelaku pasar tengah mengantisipasi langkah yang akan diambil Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve. Lesunya ekonomi China turut membenamkan harga komoditas ini. Mengutip Bloomberg, Rabu (16/9) pukul 13.05 WIB, harga nikel pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) merosot 2,05% menjadi US$ 9.888 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, mengatakan, harga logam industri masih sulit menguat di tengah lesunya aktivitas industri global. Data output industri China yang merosot memberi sinyal bahwa permintaan nikel belum akan membaik dalam waktu dekat. “Belum ada katalis positif yang bisa mendongkrak harga,” kata Andri.
Harga nikel menanti efek stimulus China
JAKARTA. Sempat menguat di awal pekan, harga nikel tidak mampu mempertahankan penguatannya. Pelaku pasar tengah mengantisipasi langkah yang akan diambil Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve. Lesunya ekonomi China turut membenamkan harga komoditas ini. Mengutip Bloomberg, Rabu (16/9) pukul 13.05 WIB, harga nikel pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) merosot 2,05% menjadi US$ 9.888 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, mengatakan, harga logam industri masih sulit menguat di tengah lesunya aktivitas industri global. Data output industri China yang merosot memberi sinyal bahwa permintaan nikel belum akan membaik dalam waktu dekat. “Belum ada katalis positif yang bisa mendongkrak harga,” kata Andri.