Harga nikel menguat 1% di akhir pekan, waspada potensi koreksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil positif kesepakatan perang dagang menjadi kunci utama atau katalis bagi mayoritas logam dasar, termasuk nikel.

Mengutip data dari Bloomberg, Jumat (1/3), harga nikel kontrak tiga bulanan di bursa London Metal Exchange (LME) menguat sebesar 1% ke posisi US$ 13.114 per metrik ton. Sebelumnya, harga nikel berada di level US$ 13.050 per metrik ton.

Analis PT Garuda Berjangka, Ibrahim, menilai, selain faktor perundingan perang dagang antara AS dan China, rilis data manufaktur China yang keluar pada Kamis (28/2) lalu, juga menjadi penyebab bergejolaknya harga nikel.


"Data manufaktur PMI China pada Februari berada di bawah angka ekspektasi 50. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi permintaan komoditas logam dasar," tutur Ibrahim kepada Kontan.co.id, Jumat (1/3).

Sebagai informasi tambahan, melansir dari Trading Economics, konsensus untuk data manufaktur berada di level 48,5. Ibrahim menjelaskan, angka di bawah 50 menunjukan aktivitas manufaktur berada dalam kontraksi. Dengan kata lain, China menghadapi perlambatan ekonomi.

Memudarnya optimisme pelaku pasar kawasan berkembang turut menggerakkan harha nikel. Hal ini dirasakan saat Presiden AS, Donald Trump membawa hasil kosong dari pertemuan bersama Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un dua hari yang lalu.

"Kunci utama masih terletak pada hasil kesepakatan perang dagang, pemberlakuan bea impor dikenakan atau tidak? Atau apakah waktu perundingan diperpanjang waktunya? Jika bea impor dikenakan pada China, diproyeksi membuat harga nikel melemah," tambah Ibrahim.

Permintaan nikel juga dinilai berkurang dari Eropa sebab adanya masalah Brexit dan hawa perlambatan ekonomi yang mengancam kawasan Eropa.

"Di sisi lain, AS juga menghadapi masalah utang negara yang mencapai US$ 22 triliun. Presiden ingin menambah utang, sementara Kongres tidak menyetujuinya," jelas Ibrahim.

Namun, Ibrahim menyebut jika ancaman tersebut tidak akan membuat dollar AS melemah. Begitu pula dengan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung pekan depan. Rapat FOMC diproyeksikan akan menghasilkan kebijakan dovish, namun tidak melemahkan dollar AS.

Secara teknikal, pergerakan harga nikel ada di bollinger band dan moving average 20 di atas bollinger bawah. Stochastik 70% berada di posisi negatif. Sementara MACD dan RSI menunjukan pergerakan wait and see.

Ibrahim memproyeksikan harga nikel berada di level US$ 13.300 per metrik ton- US$ 13.620 per metrik ton pada perdagangan Senin besok.

Sementara dalam jangka sepekan, dirinya meramal harga nikel berada di rentang US$ 13.000 per metrik ton - US$ 13.700 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati