Harga Nikel Mulai Melandai, Simak Rekomendasi Saham ANTM, INCO, hingga HRUM



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga nikel global mulai melandai. Harga nikel di London Metal Exchange (LME) untuk kontrak perdagangan 3 bulan sudah berada di level US$ 22.490 per ton pada perdagangan Rabu (10/8).

Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan memproyeksikan, harga nikel di paruh kedua 2022 sudah kembali seimbang, setelah sempat bergejolak di awal Maret 2022.

Sejak awal tahun alias year-to-date (ytd), harga nikel hanya naik 2,9%, turun dari level harga tertingginya di posisi US$ 48.211 per ton. Ini yang disebabkan adanya kebijakan lockdown di China, yang merupakan salah satu konsumen nikel terbesar di dunia.


“Namun, mengingat penetrasi kendaraan listrik alias electric vehicle (EV) yang semakin masif di pasar global, serta adanya pelonggaran aktivitas di China, setidaknya nikel akan berada di level harga US$ 22.000 sampai US$ 24.000 per ton yang mana masih cukup baik bagi emiten-emiten nikel,” terang Felix kepada Kontan.co.id, Kamis (11/8).

Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan menambahkan, harga nikel yang turun secara bertahap sejak Mei 2022,diyakini akan terus berlanjut. Ini karena tingkat surplus nikel yang meningkat, membuat harga kembali adem ke level sebelum insiden penjualan besar di awal Maret 2022.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham dan Sektor yang Prospektif untuk Satu Bulan ke Depan

Hasan bilang, surplus nikel di tahun ini diperkirakan mencapai 77.000 ton. Level ini akan meningkat selama dua tahun ke depan menjadi surplus kumulatif 260.000 ton pada 2024.

BRI Danareksa Sekuritas pun merevisi turun perkiraan harga nikel untuk tahun 2022 dan 2023, masing-masing turun 12,5% dan 15% menjadi US$ 21.000 per ton dan US$ 17.000 per ton.

Harga nikel yang melandai di paruh kedua 2022, Felix menaksir peluang realisasi harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) emiten di paruh kedua 2022 juga akan dapat lebih rendah dibandingkan dengan semester I-2022. “Namun perlu dipantau bagaimana level penjualan emiten di periode tersebut,” pungkas Felix

Hasan menyebut, China yang sempat dilanda badai Covid-19, membuat rantai pasokan nikel dan ekspansi industri serta menunda proyek properti dan infrastruktur terganggu. Pemain nikel yang pasar utamanya adalah China, baik langsung/tidak langsung, akan sangat terpengaruh oleh kondisi ini.

Secara khusus, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Harum Energy Tbk (HRUM) akan terkena dampak lockdown China. Sehingga, Hasan memperkirakan, volume penjualan ANTM dan HRUM baik untuk bijih nikel dan nikel olahan, akan turun di kuartal kedua 2022.

 
ATNM Chart by TradingView

Ramai Sentimen

Di sisi lain, emiten nikel dalam negeri cukup ramai sentimen. Angin terbaru datang dari perusahaan produsen  mobil listrik terbesar di dunia, yakni Tesla, yang kabarnya sudah meneken kontrak dengan perusahaan pengolah nikel di Indonesia. Dalam kesepakatan senilai US$ 5 miliar itu, Tesla akan membeli bahan baterai dari perusahaan tersebut.

Sejauh ini, menurut Felix, hal tersebut merupakan angin segar bagi industri EV secara umum. Dalam beberapa kuartal terakhir, hal ini menjadi katalis positif bagi emiten-emiten nikel karena menandakan adanya progres terkait permintaan nikel dari sisi industri EV.

Sebelumnya, beberapa perusahaan juga mengumumkan Kerjasama terkait pengolahan nikel. ANTM misalnya, menandatangani perjanjian pendahuluan (heads of agreement) dengan CNGR Co., Ltd.  untuk pembangunan dan pengembangan proyek kawasan industri bersama.

Lini produksi pertambangan dan peleburan ini direncanakan untuk mencapai kapasitas tahunan total 80.000 ton nikel dalam matte, yang akan menghasilkan bahan baku baterai untuk energi baru/kendaraan listrik.

Baca Juga: Aneka Tambang (ANTM) dan CNGR Jalin Kerjasama Proyek Kawasan Industri Bersama

Sementara INCO telah bekerja sama dengan produsen mobil asal Amerika Serikat (AS) yakni Ford Motor beserta supplier kobalt asal China, Zhejiang Huayou Cobalt, untuk bersama-sama membangun pabrik nikel di Indonesia dan mengekstrak bahan kimia.

Kerjasama ini sempat melambungkan harga kedua saham emiten ini. Felix bilang, dalam jangka pendek kemungkinan saham berbasis nikel akan mengalami naik turun.

Memang harga saham-saham berbasis nikel sempat drop seiring harga nikel global yang juga turun. Akan tetapi, jika dilihat dari rentang yang sedikit lebih panjang, harga saham-saham ini mulai uptrend, yang mana pertanda adanya reversal untuk harga saham berbasis nikel

Untuk emiten nikel, Panin Sekuritas memberikan rekomendasi beli pada saham ANTM dengan target harga Rp 3.300 dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan target harga Rp 8.700 per saham.

Sementara itu, BRI Danareksa Sekuritas menurunkan rating sektor nikel Indonesia menjadi netral dari overweight.  Kebijakan lockdown di China yang telah dilonggarkan diyakini akan memulihkan volume penjualan emiten di kuartal III-2022

Namun demikian, pemerintah China akan mempertahankan kebijakan nol Covid-19, yang bisa menjadi risiko bagi emiten nikel.

Sementara itu, Hasan menjadikan HRUM sebagai pilihan utama atau top picks di sektor ini. HRUM dinilai  menjadi perusahaan yang paling tidak sensitif terhadap perubahan harga nikel. Dia  merekomendasikan beli saham HRUM dengan target harga Rp 2.700

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari