Harga Nikel Tembus US$ 19.000 per ton, MBMA hingga INCO Siap Menadah Cuan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas nikel kembali melonjak setelah meredup di awal 2024. Bahkan, nikel menyentuh level tertingginya sepanjang tahun berjalan ini pada 19 April 2024 di level US$ 19.326 per ton.

Melansir data Trading Economics pada Senin (22/4), harga nikel berada di level US$ 19.384 per ton. Harga komoditas Ini menguat 0,30% dibanding hari sebelumnya. 

Namun dalam sepekan terakhir nikel sudah berhasil melonjak 8,63%. Jika ditarik lebih jauh lagi, komoditas bahan baku baterai kendaraan listrik ini sudah menguat sebesar 15,93% dalam sebulan terakhir. 


Lonjakan harga komoditas ini bakal menjadi angin segar bagi emiten tambang nikel. Hal ini bakal berimbas pada kenaikan rata-rata harga jual alias Average Selling Price (ASP).

Baca Juga: Emiten Ramai Menggelar Akuisisi, Cermati Rekomendasi Saham Berikut Ini

Entitas usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), yakni PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) salah satu emiten yang bakal diuntungkan.  GM Corporate Communication Merdeka Copper Gold Tom Malik bilang sebagai perusahaan tambang, MBMA merupakan price taker karena harga komoditas nikel tergantung suplai dan permintaan global. 

MBMA juga melakukan proses hilirisasi seperti, fasilitas Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF), satu Nickel Matte Converter dan dalam waktu dekat ini fasilitas High-Pressure Acid Leach (HPAL). 

"Kenaikan harga nikel akan mendongkrak kinerja tambang nikel Sulawesi Cahaya Mineral, tetapi juga hilirisasi MBMA seperti Nickel Pig Iron (NPI) dan Nickel Matte," kata Tom kepada Kontan, Senin (22/4). 

Adapun Nikel Sulawesi Cahaya Mineral milik MBMA juga sudah mulai produksi penuh 2024, lanjut Tom, ditargetkan akan memproduksi bijih Saprolite 4 juta ton dan bijih Limonit 11 juta ton.

Senior Investment Analyst Stockbit Sekuritas Anggaraksa Arismunandar menyampaikan membaiknya harga nikel setelah sempat tertekan di awal 2024 berpotensi berimbas pada kenaikan rata-rata harga jual. 

"Kenaikan ASP berujung pada kenaikan pendapatan secara tahunan, mengingat NCKL dan MBMA masih memiliki target kenaikan produksi tahunan yang cukup signifikan pada 2024," jelasnya. 

Apalagi produsen nikel asal Indonesia juga tergolong sangat kompetitif dengan struktur biaya yang lebih rendah. Per 2023, INCO dan NCKL memiliki biaya kas di kisaran US$ 10.000 per ton.

 
INCO Chart by TradingView

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Pilihan Analis IPOT untuk Minggu Ini

Anggaraksa bilang jika struktur biaya yang lebih rendah ini dapat dipertahankan, maka emiten-emiten produsen nikel di Indonesia dapat mencetak margin dan keuntungan yang lebih baik. 

"Emiten tambang nikel dalam negeri bakal memperoleh keuntungan yang lebih baik ketika harga nikel naik, serta dapat terus bertahan pada situasi harga nikel sedang melemah," katanya. 

Editor: Tendi Mahadi