Harga nikel tergerus 16,22% sepanjang tahun lalu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga logam industri mencatat penurunan dari tahun 2017 ke 2018. Isu pelambatan ekonomi global, perekonomian China yang memburuk serta perang dagang menghantui harga seluruh komoditas termasuk nikel.

Pada akhir Desember 2018, harga nikel menyentuh level terendah dalam setahun pada US$ 10.690 per ton. Sepanjang tahun lalu, harga nikel kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME), anjlok 16,22%.

Wahyu Tribowo Laksono, analis Central Capital Futures menilai tanda-tanda pelambatan ekonomi China dan perang dagang menjadi faktor utama penurunan harga komoditas. Ia menyebut secara keseluruhan, indeks LME dari enam logam industri utama turun 18%.


“Keruntuhan harga terjadi setelah Presiden Donald Trump melepaskan sentimen perang dagang dengan China. Ditambah pelambatan ekonomi China yang menyeret logam industri melemah. Perekonomian China yang memburuk tahun ini juga menyeret harga komoditas. Karena hampir setengah logam industri dunia dikonsumsi China,” sebut Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (3/1).

Wahyu melihat bahwa secara tren jangka panjang ada potensi untuk harga nikel menguat. Namun, dia menilai harga nikel diuntungkan jika permintaan di China juga tinggi. “Permintaan nikel diperkirakan tinggi tahun 2019 karena industri baterai untuk sektor mobil akan membutuhkan pasokan banyak. Namun, sumbangan nikel tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya,” tandasnya.

Ia memperkirakan harga nikel berkisar US$ 11.000 sampai US$ 13.000 per metrik ton. Wahyu melihat tidak mudah untuk harga nikel berada di atas US$ 14.000, selama pelambatan ekonomi global terjadi karena sentimen perang dagang yang belum terjadi kesepakatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati