Harga nikel tergerus isu suplai berlebih



JAKARTA. Harga nikel menguat pada awal pekan ini, setelah pekan sebelumnya terkoreksi. Meski demikian, komoditas logam industri ini diyakini dalam tren melemah.

Mengutip Bloomberg, harga nikel pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange, Senin (10/7), naik 0,89% dari hari sebelumnya ke level US$ 9.000 per metrik ton. Namun, sepekan terakhir, harganya sudah tergerus sebesar 5%.

Salah satu penyebab melemahnya harga nikel, lantaran adanya kekhawatiran pasokan bakal melimpah. Sebab, pemerintah Indonesia menerbitkan izin ekspor nikel mentah untuk tiga perusahaan, yaitu Antam, perusahaan patungan China, dan PT Ceria Nugraha Indotama. Total ekspor ketiga perusahaan tersebut hingga satu tahun ke depan diperkirakan 6 juta ton.


Research & Analyst Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto menyebutkan, pelemahan harga nikel juga didorong faktor perlambatan ekonomi di China. Selain itu, Menteri Lingkungan Filipina Roy Cimatu yang baru ditunjuk mencabut kebijakan menteri sebelumnya yang menahan beberapa perusahaan untuk berproduksi. Hal ini menjadikan adanya ancaman oversupply sehingga menahan laju harga nikel.

"Jadi, kalau saya lihat, itu juga memengaruhi harga nikel untuk saat ini. Untuk sekarang juga, dalam kisaran yang masih terbatas tentunya, implikasi dari reli yang turun kemarin jadi masih masuk kategori technical rebound, ya," papar Andri.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, adanya faktor komentar bank sentral Amerika Serikat dan Eropa yang akan merilis tentang kemungkinan kenaikkan suku bunga akan menguatkan indeks dolar. Saat dollar menguat, maka harga seluruh komoditas yang diperdagangkan dalam dollar akan turut melemah.

"Perlu adanya normalisasi keseimbangan antara neraca, kas, dan aset sehingga mengakibatkan dollar kembali menguat. Jadi, jangan heran kalau dalam sepekan ini harga nikel terus mengalami kemerosotan. Itu adalah hal wajar," jelas Ibrahim.

Prediksi Ibrahim, nikel masih akan terus stagnan. Sepekan, harga nikel akan berada di kisaran US$ 8.710-US$ 9.120 per metrik ton.

Sementara, Andri meramal, di paruh pertama semester II hingga kuartal ketiga tahun ini, nikel masih akan berada dalam tren yang negatif. "Kalau melihat tren dari China, juga ekonomi belum menunjukkan angka yang dikategorikan bertumbuh," jelas Andri.

Andri memperkirakan, Rabu (12/7), harga nikel akan berada di kisaran US$ 8.915-US$ 9.100 per metrik ton. Sepekan, nikel diprediksi bergulir antara US$ 8.870-US$ 9.130 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini