Harga nikel tertekan penurunan impor China



JAKARTA. Harga nikel kembali terjungkal tersengat oleh data impor China atas komoditas ini yang turun tajam. Terus menguatnya indeks dollar Amerika Serikat (AS) turut menjadi sentimen negatif yang menekan pergerakkan harga nikel.

Berdasarkan Bloomberg, Jumat (23/1), harga nikel terkoreksi 3,85% menjadi US$ 14.350 per ton. Pemerintah China memang baru merilis data impor bijih nikel sepanjang 2014 yang turun 33% menjadi 47,76 juta metrik ton.

Ini adalah pembelian bijih nikel terendah China sejak tahun 2010 lalu. Penurunan impor China ini disebabkan oleh dua faktor. Pertama, pasokan bijih nikel dunia memang sedang turun lantaran Indonesia sudah melarang ekspor komoditas ini sejak 12 Januari 2014.


"Filipina menjadi satu-satunya opsi untuk mendapatkan pasokan bijih nikel," kata Celia Wang, Analis Beijing Antaike Information Development Co., seperti dikutip Bloomberg, Jumat (23/1).

Ibrahim, Direktur Equlibrium Komoditi Berjangka mengatakan, investor juga dibayangi kecemasan atas perlambatan ekonomi China. Terlebih, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China di 2015 dari 7,1% menjadi 6,8%.

Kondisi tersebut mendorong spekulasi bahwa permintaan bijih nikel dari China akan ikut turun. Pergerakkan harga nikel juga ikut tertekan oleh terus menguatnya dollar AS.

"Nikel diperdagangkan menggunakan dollar AS, sehingga saat mata uang ini naik, pembeli menunda pembelian," kata Ibrahim. Otot penguatan dollar sedang mekar lantaran ditopang oleh pengumuman program stimulus Bank Sentral Eropa (ECB).

Program berbentuk pembelian obligasi senilai 60 miliar per bulan itu akan dilakukan ECB dari Maret 2015 hingga September 2016. Kebijakan ini diharapkan bisa menekan deflasi sekaligus merangsang pertumbuhan ekonomi di zona euro.

Sentimen ini membawa pelemahan mata uang euro terhadap dollar AS. Sebaliknya, dollar juga sedang mendapatkan momentum lantaran kian membaiknya kondisi perekonomian di sana plus rencana The Fed mendongkrak suku bunga acuan.

Kondisi inilah yang kemudian mengatrol indeks dollar ke level tertinggi 94,76 di Jumat (23/1). "Level ini awalnya saya prediksi baru akan tembus di akhir semester I ini. Tapi kenyataanya, di Januari sudah tertembus," terang Ibrahim.

Sementara indikator stochastic wait and see. Ibrahim merekomendasikan sell nikel pada perdagangna pekan ini dengan rentang support US$ 14.700 dan resistance US$ 14.870.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie