Harga obat di Amerika Serikat naik tahun depan



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga obat di Amerika Serikat akan makin mahal tahun depan seiring rencana sejumlah produsen farmasi global untuk melakukan penyesuaian harga. Sejumlah produsen obat-obatan papan atas macam Novartis AG, Bayer AG, Allergan Plc, GlaxoSmithKline Plc, Amgen Inc, AstraZeneca Plc, hingga Biogen Inc. Rencana kenaikan ini memberi tekanan pada Presiden Donald Trump yang justru menjanjikan penurunan harga obat resep di pasar farmasi yang terkenal paling mahal di dunia.

Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS sebenarnya telah mengusulkan beberapa kebijakan untuk menurunkan harga produk farmasi. Termasuk dengan menggandeng perusahaan asuransi. Namun upaya ini gagal memberikan kewenangan langsung kepada instansi kesehatan pemerintah untuk bernegosiasi atau mengatur harga obat.

Dalam dokumen yang diperoleh Reuters, pada awal November lalu sebanyak 28 perusahaan farmasi telah mengajukan pemberitahuan kepada agensi California yang berisi rencana kenaikan harga setidaknya dalam tempo dua bulan.  Berdasarkan undang-undang negara bagian yang disahkan tahun lalu, perusahaan diminta untuk memberi tahu pembeli di California jika memiliki rencana menaikkan harga jual lebih dari 16% selama dua tahun.


Michael Rea, Kepala Eksekutif RX Savings Solutions, perusahaan konsultan yang membantu perencanaan biaya kesehatan bilang upaya pemerintah untuk menurunkan harga obat-obatan sejauh ini tak berhasil. "Kami memperkirakan kenaikan harga di 2019 akan lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya," katanya.

Data RX Savings Solutions mencatat kenaikan harga obat yang diterapkan oleh 20 produsen obat terbesar menunjukan perlambatan selama paruh kedua 2018. Sedangkan di tahun lalu, perusahaan-perusahaan tersebut telah menaikan harga lebih dari separuh produk yang mereka jual.

Presiden Trump sebelumnya memang menentang rencana kenaikan harga produk farmasi di tahun ini. Pfizer Inc sampai harus menunda rencana menaikan harga obat pada bulan Juli lalu setelah Trump dalam cuitannya menyebut produsen obat-obatan harus malu bila menaikkan harga jual.

Pfizer menyebut rencana menaikan harga dari 41 produk buatannya tersebut ditunda hingga Januari tahun depan untuk mendukung pemerintah karena menyusun kebijakan harga obat-obatan yang baru. Langkah Pfizer akhirnya banyak diikuti sejumlah perusahaan lain mulai dari Bayer, Novartis, Allergan, AstraZeneca, hingga Amgen.

Meski tak lama lagi diberlakukan, namun belum banyak detail jenis obat-obatan apa saja yang harganya akan naik. Namun setidaknya Novartis berencana menaikan harga jual sekitar 4,5%-9,9%. 

Juru bicara Novartis Eric Althoff bilang perusahaannya berencana untuk menaikkan harga dari sekitar 14% produk yang dijual di Amerika Serikat.

Angka penjualan bersih di industri farmasi Amerika Serikat menurun dalam beberapa periode ke belakang. Termasuk penjualan Novartis yang turun 2%-2,6% dalam tiga tahun terakhir.

Sementara itu, Bayer berencana menaikan harga jual sekitar 5% di Januari nanti. Bayer menyebut kenaikan harga diperkirakan akan diimbangi naiknya potongan harga dan diskon yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi. 

Di sisi lain, Allergan mengatakan kenaikan harga yang dilakukan perusahaan akan disesuaikan dengan janji pada 2016 lalu untuk membatasi kenaikan harga obat di bawah 10% tiap tahun.

Karena menyerahkan kepada mekanisme pasar, harga obat di Amerika Serikat memang lebih tinggi daripada di negara lain. Hal ini menjadikan negara tersebut sebagai pasar yang paling menguntungkan bagi produsen farmasi.

Menurunkan harga obat resep adalah salah satu prioritas utama Trump dalam kampanyenya. Sementara Partai Demokrat diperkirakan akan meningkatkan pengawasan kongres terhadap kenaikan harga obat tahun depan setelah memperoleh kendali Dewan Perwakilan AS.

Editor: Herlina Kartika Dewi