Harga obligasi negara akan naik



JAKARTA. Penerbitan surat utang pemerintah sudah melebihi target. Hingga 10 November 2015, total penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 474,28 triliun, atau 102,72% dari target bruto yang dipatok Rp 461,7 triliun.

Analis Fixed Income MNC Securitites I Made Adi Saputra mengatakan, penerbitan yang telah melebih target bisa menjadi angin segar bagi pasar surat utang domestik. Sebab, ada peluang pemerintah tak lagi menerbitkan obligasi pada pengujung tahun 2015.

Tapi masih ada sisa jadwal dua kali lelang SUN dan satu kali lelang sukuk. "Hanya dengan opsi debt switch atau buyback. Harga surat utang di pasar sekunder bisa naik," tuturnya.


Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Anil Kumar menyarankan pemerintah meluncurkan dan mengaktifkan electronic trading platform (ETF) untuk mendongkrak permintaan investor dan harga SUN.

Lewat ETF, investor domestik memiliki akses bertransaksi di pasar surat utang dalam negeri dengan mudah, transparan, serta akuntabel. "Pemerintah harus menciptakan lahan permintaan baru. Sebab, investor asing tidak harus masuk ke Indonesia, yield surat utang Brasil dan Turki lebih tinggi," jelasnya.

Made menilai, kenaikan harga SUN menjelang akhir tahun juga berasal dari katalis positif dalam negeri. Pertama, terjaganya inflasi dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,08% sepanjang Oktober 2015.

Walhasil, besar peluang target inflasi Tanah Air yang dipatok di angka 3%-5% bakal terwujud. Kedua, Bank Indonesia (BI) juga bakal mengumumkan defisit neraca berjalan dan neraca perdagangan. Jika data tersebut membaik, kinerja mata uang Garuda berpeluang menguat.

Ketiga, ada peluang BI memangkas suku bunga acuan. "Sentimen positif ini bisa menjadi amunisi bagi pasar surat utang jika Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed mengerek suku bunga acuan pada Desember 2015," paparnya.

Ada potensi menurun

Saat ini, ekspektasi pelaku pasar terkait rencana kenaikan suku bunga The Fed meningkat, dari 58% menjadi 70%. Made melihat, jika The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 bps bulan depan, yield SUN seri acuan bertenor 10 tahun bakal menanjak.

Made meramal, efek kenaikan suku bunga acuan AS akan menyebabkan yield SUN bertenor 10 tahun bergerak ke kisaran 8,6%-8,9%. Kemarin, SUN bertenor 10 tahun tutup dengan yield 8,62%. Artinya, ada potensi yield SUN naik hingga 28 basis poin, jika The Fed menaikkan suku bunga.

Anil memperkirakan, yield SUN tenor 10 tahun akan mencapai 8,5%-8,6%. Selain efek The Fed, potensi penurunan harga SUN datang dari dalam negeri. Penerimaan pajak yang meleset bisa membalikkan keadaan.

Situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menyebutkan, target penerbitan surat utang bruto sebesar Rp 461,7 triliun, berdasarkan skenario defisit anggaran pemerintah sekitar 2,23% dari produk domestik bruto (PDB) 2015.

Defisit anggaran yang lebih lebar berpotensi menambah suplai dan menyeret harga. Made berpendapat, penerimaan pajak pemerintah yang belum sesuai harapan menjadi salah satu faktor pendorong peluncuran surat utang yang melebihi target.

Namun, tambahan penerbitan ini akan tergantung kepada keputusan pemerintah. Memang, ada peluang defisit anggaran pemerintah pada tahun ini mencapai 2,3% sampai 2,5%. Alhasil, penambahan pasokan SBN untuk menutup defisit akan menekan pasar domestik.

Anil menambahkan, potensi penambahan pasokan SUN akhir tahun dapat menyeret harga SUN. "Sementara ini, pemerintah bilang ,tidak akan menerbitkan surat utang berdenominasi rupiah, tapi global bond atau pinjaman bilateral. Tapi masih ada kemungkinan," ujar Anil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie