Harga Oli Bakal Naik Meski Harga Minyak Dunia Turun



JAKARTA. Meski harga minyak mentah (crude oil) mulai cenderung turun, tidak serta merta harga beberapa produk turunan ikut turun. Bahkan, dalam waktu dekat, harga pelumas (oli) bakal naik lagi. Padahal, dua bulan lalu, harganya sudah sempat naik.

Beberapa pedagang onderdil otomotif di Pasar Palmerah, Jakarta Barat mengaku, pihaknya sempat dikabari berapa distributor oli soal rencana kenaikan harga dalam waktu dekat. "Meski belum ada daftar harga baru, mereka bilang, kenaikannya antara 15% sampai 20%," tutur Zakaria, salah satu penjual onderdil hari ini (27/8).

Para pedagang mengaku tidak tahu pasti alasan rencana kenaikan harga itu. Tapi, Susanto, pedagang lain mencatat, sejak awal tahun, harga oli sudah naik sampai tiga kali. "Sebelumnya, alasannya adalah harga bahan baku yang sudah cukup tinggi," tandasnya.


Rencana kenaikan harga oli ini memang mengherankan. Pasalnya, harga minyak mentah dunia sebulan terakhir cenderung turun. Awal pekan ini, minyak mentah berada di harga sekitar US$ 122 per barel, jauh lebih rendah ketimbang harga tertinggi bulan lalu di US$ 140 per barel.

Redesmon Munir, Grup Head Brand Communication Unit Pelumas PT Pertamina mengaku, minyak mentah hanya salah satu komponen penentuan harga jual oli. "Ada empat sampai lima komponen yang wajib juga dipertimbangkan," tuturnya. Misalnya, cairan aditif (additive liquid) sebagai pencampur sintetis, biaya produksi (overhead cost) dan operasional.

Meski begitu, Redesmon menegaskan bahwa Pertamina sebagai penguasa mayoritas pasar oli di Indonesia belum berencana menaikkan harga dalam waktu dekat. "Setidaknya, akhir bulan ini sampai awal bulan depan kami belum rencana untuk menaikkan harga," ujarnya.

Redesmon mengakui, meski harga minyak mentah sebagai bahan baku pokok oli turun, beberapa komponen lain justru biayanya naik. Misalnya komponen cairan aditif yang mencapai 15%-30% dari harga oli. Juga, biaya transportasi dan produksi yang naik sebagai imbas dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dua bulan silam. "Tapi sejauh ini, kami masih menanggung marjin kenaikkannya. Kecuali kalau ada lonjakan biaya cukup besar dalam minggu-minggu ini," katanya.

Sugiharto, Trade Manager PT Topindo Atlas Asia, produsen merek oli Top 1, mengaku dalam waktu dekat bakal menaikkan harga oli merek Top 1. "Ya, harganya akan kita naikkan," tuturnya. Sayang, ia mengaku tak bisa memerinci berapa besar kenaikannya dan produk mana saja yang bakal naik. "Wah, saya belum bisa bilang," katanya.

Meski begitu, Sugiharto mengaku, rencana menaikkan harga pelumas yang mengklaim buatan Amerika ini lebih lantaran biaya produksi dan operasional belakangan ini terus naik. "Pertimbangan kita adalah cost handling terus naik," tuturnya.

Sekadar informasi, awal Juni lalu, Pertamina telah menaikkan harga oli sekitar 20% hingga 35%. Kalau Pertamina menaikkan harga, biasanya produsen lain mengekor. Terbukti, sejak Juni sampai Juli lalu, harga hampir semua merek oli naik mulai dari 10% sampai 20%. Semua jenis oli, baik oli mesin, transmisi, maupun gardan, ikutan naik. Jenis oli full dan semi sintetik diperkirakan terus naik hingga akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie