Harga pangan bulan Agustus tidak bergejolak kendati ada libur panjang



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan, harga bahan pangan pada Agustus tahun ini masih stabil. Adanya hari libur di Agustus pun tak menyebabkan kenaikan harga pangan.

"Selama bulan Agustus ini relatif aman, walau kita memasuki banyak hari libur, mulai hari besar, 17 Agustus dan ada libur panjang beberapa kali itu belum berpengaruh," ujar Abdullah kepada Kontan, Rabu (26/8).

Menurutnya, harga pangan yang stabil ini disebabkan daya beli masyarakat yang rendah sehingga permintaan menurun. Adanya pandemi Covid-19 ini pun berpengaruh besar terhadap daya beli masyarakat.


Baca Juga: Jokowi akan rombak tata niaga yang untungkan pemburu rente

Rendahnya permintaan masyarakat ini pun tak dipungkiri menyebabkan penurunan pendapatan pada pedagang. Menurut Abdullah, pedagang mengalami penurunan omzet 50% hingga 60%.

Adapun, berdasarkan data data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) per Rabu (26/8), harga rata-rata beras kualitas medium I sebesar Rp 11.850 per kg, daging ayam Rp 30.300 per kg, daging sapi Rp 118.100 per kg, telur ayam Rp 25.650 per kg.

Lalu bawang merah berkisar Rp 30.400 per kg, bawang putih Rp 24.950 per kg, cabai merah besar Rp 29.500 per kg, cabai merah keriting Rp 28.400 per kg, cabai rawit hijau Rp 29.050 per kg, cabai rawit merah Rp 31.200 per kg.

Minyak goreng curah Rp 12.450 per kg dan gula pasir Rp 14.600 per kg. Abdullah pun memperkirakan, harga gula ini akan sulit mengalami penurunan.

Baca Juga: Wamendag dorong pengembangan potensi ekspor pangan

"Kalau gula kan normalnya Rp 12.500 per kg, ini masih di Rp 14.500 - Rp 15.000 per kg, kalau saya menganggapnya sudah tidak akan bisa turun lagi," kata Abdullah.

Meski harga bahan pangan di Agustus masih stabil, Abdullah pun mengatakan harga pangan bisa jadi mengalami kenaikan di bulan berikutnya. Namun, dia mengaku hal ini belum sesuatu yang pasti.

"Kita tidak tahu [harga] di September, karena biasanya kalau 1 bulan sebelumnya serapan lemah, bulan berikutnya petani malas menanam, produksinya berkurang. Kalau produksinya berkurang, pasti komoditasnya kurang, dan itu harganya pasti naik. Tetapi ini belum bisa dipastikan," kata Abdullah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli