JAKARTA. Lonjakan harga bahan pangan dalam sebulan terakhir membuat angka inflasi Februari 2013 melompat tinggi di kisaran 0,75%. Celakanya, memasuki bulan Maret ini, harga-harga sejumlah bahan pangan yang memicu tingginya inflasi Februari masih bertahan di level tinggi.Komoditas pangan pemicu inflasi antara lain bawang putih, bawang merah, cabai, dan wortel. "Dibanding bulan Februari memang sedikit melemah tapi masih tinggi," ungkap Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran, Selasa (5/3).APPSI mencatat, harga beberapa komoditas itu masih bertahan di level tinggi. Contohnya, bawang putih yang masih bertengger di level Rp 26.000-Rp 27.000 per kilogram (kg). Angka ini turun tipis dari harga Februari yang berada di kisaran Rp 28.000 per kg. Kendati turun, level harga itu masih jauh dari harga normal yang hanya Rp 14.000 per kg.Harga bawang merah masih nangkring di kisaran Rp 23.000-Rp 24.000 per kg. Harga komoditas ini juga sudah turun dari posisi Februari yang sempat menyentuh level Rp 25.000- Rp 26.000 per kg.Sementara, harga wortel kini di kisaran Rp 6.000-Rp 6.500 per kg, turun dari Februari yang mencapai Rp 7.500 per kg. Biasanya, harga normalnya Rp 3.500 per kg.Ngadiran mengaku tidak yakin harga beberapa komoditas pangan itu akan kembali normal di bulan Maret ini. Soalnya, selain curah hujan masih tinggi, ia mensinyalir ada permainan harga yang dilakukan pedagang besar. "Pasokan dan permintaan bisa diatur orang yang punya barang, jaringan, dan gudang," katanya.Menurut Ngadiran, lonjakan harga bahan pangan ini awalnya dimulai dari peristiwa banjir yang melanda sebagian wilayah Indonesia, terutama Jakarta beberapa waktu lalu. Namun, banyak oknum pedagang memanfaatkan banjir untuk mengeruk keuntungan. Modusnya, dengan menyimpan barang di gudang dalam waktu tertentu. "Kalau pasokan di pasar dikosongi dua hari sampai tiga hari, harga langsung melompat," ujarnya.Memperbesar imporKarena modus ini, kenaikan harga bertahan lama sampai sekarang. Ujung-ujungnya, komoditas impor makin bertebaran. "Dengan impor, oknum pedagang makin diuntungkan karena harga beli mereka murah," jelasnya.Untuk mengatasi lonjakan harga bahan pangan ini, pemerintah memang memilih opsi impor. Wakil Menteri Pertanian, Rusman Hariawan menjanjikan segera menerbitkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) terhadap sejumlah perusahaan yang telah mengajukan izin. "Saya jamin, harga seperti bawang putih akan turun setelah RIPH ditetapkan," ungkapnya, Selasa (5/3).Total, ada 131 perusahaan yang mengajukan RIPH pada tahun 2013 ini. Jika tak segera ada penanganan ancaman inflasi menanti.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga pangan tinggi, keran impor akan dibuka
JAKARTA. Lonjakan harga bahan pangan dalam sebulan terakhir membuat angka inflasi Februari 2013 melompat tinggi di kisaran 0,75%. Celakanya, memasuki bulan Maret ini, harga-harga sejumlah bahan pangan yang memicu tingginya inflasi Februari masih bertahan di level tinggi.Komoditas pangan pemicu inflasi antara lain bawang putih, bawang merah, cabai, dan wortel. "Dibanding bulan Februari memang sedikit melemah tapi masih tinggi," ungkap Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran, Selasa (5/3).APPSI mencatat, harga beberapa komoditas itu masih bertahan di level tinggi. Contohnya, bawang putih yang masih bertengger di level Rp 26.000-Rp 27.000 per kilogram (kg). Angka ini turun tipis dari harga Februari yang berada di kisaran Rp 28.000 per kg. Kendati turun, level harga itu masih jauh dari harga normal yang hanya Rp 14.000 per kg.Harga bawang merah masih nangkring di kisaran Rp 23.000-Rp 24.000 per kg. Harga komoditas ini juga sudah turun dari posisi Februari yang sempat menyentuh level Rp 25.000- Rp 26.000 per kg.Sementara, harga wortel kini di kisaran Rp 6.000-Rp 6.500 per kg, turun dari Februari yang mencapai Rp 7.500 per kg. Biasanya, harga normalnya Rp 3.500 per kg.Ngadiran mengaku tidak yakin harga beberapa komoditas pangan itu akan kembali normal di bulan Maret ini. Soalnya, selain curah hujan masih tinggi, ia mensinyalir ada permainan harga yang dilakukan pedagang besar. "Pasokan dan permintaan bisa diatur orang yang punya barang, jaringan, dan gudang," katanya.Menurut Ngadiran, lonjakan harga bahan pangan ini awalnya dimulai dari peristiwa banjir yang melanda sebagian wilayah Indonesia, terutama Jakarta beberapa waktu lalu. Namun, banyak oknum pedagang memanfaatkan banjir untuk mengeruk keuntungan. Modusnya, dengan menyimpan barang di gudang dalam waktu tertentu. "Kalau pasokan di pasar dikosongi dua hari sampai tiga hari, harga langsung melompat," ujarnya.Memperbesar imporKarena modus ini, kenaikan harga bertahan lama sampai sekarang. Ujung-ujungnya, komoditas impor makin bertebaran. "Dengan impor, oknum pedagang makin diuntungkan karena harga beli mereka murah," jelasnya.Untuk mengatasi lonjakan harga bahan pangan ini, pemerintah memang memilih opsi impor. Wakil Menteri Pertanian, Rusman Hariawan menjanjikan segera menerbitkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) terhadap sejumlah perusahaan yang telah mengajukan izin. "Saya jamin, harga seperti bawang putih akan turun setelah RIPH ditetapkan," ungkapnya, Selasa (5/3).Total, ada 131 perusahaan yang mengajukan RIPH pada tahun 2013 ini. Jika tak segera ada penanganan ancaman inflasi menanti.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News