JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemdag) pekan lalu menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) daging beku, baik sapi maupun kerbau di pasar ritel modern sebesar Rp 80.000 per kilogram (kg). Namun, langkah intervensi harga yang dilakukan pemerintah itu dinilai tak akan efektif, karena harga daging di pasar tradisional tak ikut diintervensi pemerintah. Apalagi pasar ritel modern yang ditunjuk Kemdag untuk menjual harga sesuai HET, lokasinya tak merata sehingga banyak masyarakat yang kesulitan memperoleh daging sapi dengan harga miring. Mestinya, HET juga diberlakukan di pasar tradisional karena hampir 70% konsumsi daging masyarakat dipasok dari pasar tradisional. Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi menilai pemerintah tak serius dalam upaya menurunkan harga daging sapi di pasaran. Itulah sebabnya harga daging saat ini masih tinggi berkisar Rp 120.000 per kg.
Harga patokan daging tak mempan
JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemdag) pekan lalu menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) daging beku, baik sapi maupun kerbau di pasar ritel modern sebesar Rp 80.000 per kilogram (kg). Namun, langkah intervensi harga yang dilakukan pemerintah itu dinilai tak akan efektif, karena harga daging di pasar tradisional tak ikut diintervensi pemerintah. Apalagi pasar ritel modern yang ditunjuk Kemdag untuk menjual harga sesuai HET, lokasinya tak merata sehingga banyak masyarakat yang kesulitan memperoleh daging sapi dengan harga miring. Mestinya, HET juga diberlakukan di pasar tradisional karena hampir 70% konsumsi daging masyarakat dipasok dari pasar tradisional. Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi menilai pemerintah tak serius dalam upaya menurunkan harga daging sapi di pasaran. Itulah sebabnya harga daging saat ini masih tinggi berkisar Rp 120.000 per kg.