KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga perak menanjak mengekor tren kenaikan harga emas. Namun sebagai logam industri, secara fundamental perak terkena dampak pelemahan ekonomi khususnya China. Berdasarkan data
Bloomberg, Selasa (25/6) pukul 16.44 WIB, harga perak untuk kontrak pengiriman Agustus 2019 berada di level US$ 15,53 per ons troi. Harga ini naik 0,47% dibanding harga penutupan hari sebelumnya di level US$ 15,46. Analis Maxco Futures Suluh Adil Wicaksono mengatakan, harga perak naik mengikuti harga emas. Sebab, selain fungsi utamanya sebagai logam industri, perak juga digunakan sebagai barang tersier, perhiasan, dan ada juga yang menyimpannya sebagai batangan.
Namun perak bukanlah
safe haven sehingga harganya tidak bisa melambung tinggi seperti emas. Sebagai perbandingan, Selasa (25/6) pukul 16.56 WIB, harga emas untuk pengiriman Agustus 2019 di Commodity Exchange berada di level US$ 1.428,86 per ons troi atau menguat 0,64%. Harga emas ini merupakan harga tertinggi dalam 15 bulan terakhir. Sementara, harga perak belum ke arah level tertingginya. Secara
year to date (ytd), harga perak melemah 1,5%. Namun, Suluh bilang, harga perak cenderung stabil, sebab level psikologisnya di US$ 14-US$ 16 per ons troi. Harga perak juga mendapat suntikan fundamental. Silver Exghange-Traded Fund (ETF) melaporkan pada periode Mei 2019 telah meningkatkan kepemilikan perak sebanyak 4,78 juta ons troi. Di sisi lain, ekonomi China sebagai ekportir dan importir perak sedang loyo. Berdasarkan rilis data Manager Index (PMI) yang disusun Caixin Markit untuk Mei 2019 berada di level 52,7, lebih rendah dari April 2019 sebesar 54,5. Angka indeks manufaktur China per Mei 2019 tersebut juga merupakan yang terendah selama tiga bulan terakhir. Dalam indeks tersebut, angka indeks di atas 50 mencerminkan pertumbuhan alias ekspansi. Sedangkan angka di bawah 50 menandakan kontraksi. Selanjutnya, nasib harga logam industri bakal ditentukan hasil pertemuan negosiasi perdagangan Amerika Serikat (AS)-China dalam rapat G20 akhir pekan ini. Berbagai spekulasi muncul, jika kedua negara Adidaya itu sepakat atau setidaknya memberikan sinyal kemajuan pembicaraan, maka
outlook ekonomi China akan membaik. Pun sebaliknya.
Artinya, bila memancarkan sinyal positif, maka harga logam industri bakal lebih baik. Namun, khusus emas, bila ada kemajuan dalam penyelesaian sengketa dagang AS-China, belum tentu membuat harganya membaik. Ada peluang emas ditinggalkan sebaik
safe haven. “Perak tetap linier mengikuti emas, tapi persentasenya berbeda,” kata Suluh kepada Kontan.co.id, Selasa (25/6). Secara teknikal, Suluh mengamati indikator moving average (MA) 5, MA 100, dan MA 200 bergerak di atas garis dan terjadi
crossing yang mengindikasikan bakal
bullish. Selanjutnya, moving average convergance divergence (MACD) mengalami tren gelombang kenaikkan yang menandakan
rally agak mundur dengan potensi turun yang masih terbuka, Suluh merekomendasikan
buy on resistance untuk perak. Ia memperkirakan harga perak bakal berkutat di rentang support US$ 14,80-US$ 15,20 per ons troi dan resistance antara US$ 15,80-US$ 16,20 per ons troi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat