KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menetapkan kembali peringkat idA untuk PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan Obligasi Berkelanjutan I Barito Pacific sebesar maksimum Rp 1,5 triliun. Namun, Pefindo merevisi outlook BRPT menjadi negatif dari sebelumnya stabil. Revisi outlook ini merupakan antisipasi arus kas masuk yang lebih rendah secara berkelanjutan, terutama dari bisnis petrokimia yang dijalankan oleh anak usahanya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA, peringkat idAA-/negatif). Hal ini karena harga komoditas petrokimia yang lebih rendah sementara leverage finansial BRPT akan meningkat dalam jangka pendek. Pefindo mencatat, pada Agustus 2020, BRPT memperoleh fasilitas utang sebesar US$ 252,7 juta dari Bangkok Bank sebagai bagian dari kontribusi BRPT dalam struktur pembiayaan kepada PT Indo Raya Tenaga (IRT). Dana ini digunakan untuk pembiayaan konstruksi dan pengembangan proyek pembangkit listrik ultra-super critical 2x1.000 megawatt (MW).
Harga petrokimia tertekan, Pefindo menurunkan outlook Barito Pacific (BRPT)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menetapkan kembali peringkat idA untuk PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan Obligasi Berkelanjutan I Barito Pacific sebesar maksimum Rp 1,5 triliun. Namun, Pefindo merevisi outlook BRPT menjadi negatif dari sebelumnya stabil. Revisi outlook ini merupakan antisipasi arus kas masuk yang lebih rendah secara berkelanjutan, terutama dari bisnis petrokimia yang dijalankan oleh anak usahanya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA, peringkat idAA-/negatif). Hal ini karena harga komoditas petrokimia yang lebih rendah sementara leverage finansial BRPT akan meningkat dalam jangka pendek. Pefindo mencatat, pada Agustus 2020, BRPT memperoleh fasilitas utang sebesar US$ 252,7 juta dari Bangkok Bank sebagai bagian dari kontribusi BRPT dalam struktur pembiayaan kepada PT Indo Raya Tenaga (IRT). Dana ini digunakan untuk pembiayaan konstruksi dan pengembangan proyek pembangkit listrik ultra-super critical 2x1.000 megawatt (MW).