JAKARTA. Harga platinum terus terpuruk sepanjang semester pertama ini. Penurunan ini dipengaruhi oleh permintaan global yang menurun dan fundamental China, AS, dan Eropa semakin komplikasi. China dengan perlambatan ekonomi dan data manufakturnya, AS di kuartal pertama mengalami masalah ekonomi, dan masalah stimulus yang diberikan oleh Bank Sentral Eropa (ECB) yang mencapai 60 miliar Euro per bulan tersangkut kasus Yunani. Mengutip Bloomberg, Kamis (2/7) pukul 12.33, harga platinum kontrak pengiriman Oktober 2015 di New York Mercantile Exchange turun 0,45% ke level US$1.802 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Selama satu semester harga platinum turun 10,43%.
Menurut Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka Ibrahim, kebutuhan akan platinum di semester satu memang mengalami penurunan. Di awal tahun, IMF merevisi pertumbuhan ekonomi global di 3,4% dan Bank Dunia di 3%. Ibrahim menambahkan, baru-baru ini Bank Dunia kembali merevisi pertumbuhan ekonomi global di 2,8%. “Indikasi IMF merevisi ini menandakan permintaan komoditas dari China mengalami penurunan. Dilihat dari melemahnya pertumbuhan ekonomi dan data manufaktur China yang masih berguguran,” papar Ibrahim. Pada bulan Februari, parlemen China mengadakan pertemuan yang membahas laju pertumbuhan ekonomi (PDB) China di tahun 2015, saat itu 7,2%. Data itu kemudian direvisi lagi menjadi 7,1% oleh Bank Dunia dan menjadi 6,8% oleh IMF. Data itu sesuai dengan yang diprediksikan sebelumnya sebesar 7%. “Indikasi ini menyebabkan harga kian menurun. Ditambah lagi isu kenaikan suku bunga di kuartal satu dan indeks dollar AS mencapai level tertingginya di US$100,44 dan berimbas sampai ke kuartal kedua,” lanjut Ibrahim. Memasuki kuartal kedua, kata Ibrahim, ada intervensi dari Bank Dunia dan IMF yang merevisi lagi laju pertumbuhan ekonomi global dari 3% menjadi 2%. Di saat yang sama, Bank Sentral China (PoCB) juga merevisi laju pertumbuhan ekonomi global dari 3,7% menjadi 3,1%. Ibrahim menekankan, saat ini yang menjadi acuan adalah bank Dunia karena merevisi di bawah 3%. Untuk kuartal ketiga, baik IMF maupun PoCB akan kembali merevisi laju pertumbuhan ekonomi global. “Dengan fundamental yang terkontaminasi, dollar AS semakin kuat dan menahan laju permintaan komoditas. Jadi, wajar jika harga terus menurun,” sahut Ibrahim.