KONTAN.CO.ID - Sempat digadang-gadang menjadi komoditas ekspor bernilai tinggi, harga porang kini anjlok. Para petani porang pun mengeluhkan penurunan harga jual tanaman itu. Giyono, petani porang asal Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, mengungkapkan, harga jual porang saat ini terjun bebas menjadi Rp 6.000 per kilogram. Padahal, menurut Giyono, tahun lalu, harga tanaman dengan nama Latin Amorphophallus muelleri itu masih berada di kisaran Rp 12.000-Rp 13.000 per kilogram.
Giyono menduga, penurunan harga porang akibat stok yang berlimpah. Tambah lagi, selama pandemi, aktivitas ekspor produk porang ikut tersendat. Pasar internasional, dia menyebutkan, banyak yang menutup diri. Dugaan lain, oknum yang sengaja mempermainkan harga. Hanya, "Dengan harga Rp 6.000, petani masih bisa mendapat untung meskipun tidak banyak. Asalkan manajerial, standardisasi pengolahan, serta perawatannya bagus," katanya kepada
Kompas.com. Baca Juga: Porang tengah naik daun, Jokowi: Porang akan jadi makanan masa depan Muhammad Zunaidi, pengepul porang asal Songgon, Banyuwangi, membenarkan, tahun ini harga porang merosot hingga di angka Rp 5.000. "Padahal, tahun 2020, per kilogram bisa mencapai Rp 13.000. Awal tahun 2021, di angka Rp 8.000. Akhir bulan Juli, harganya semakin merosot di angka Rp 5.000," ujarnya. "Tidak hanya harga umbi, harga katak atau bibit juga turun. Penurunan bisa jadi akibat pandemi," imbuh dia kepada
Kompas.com. Harga jual porang yang anjlok terbilang mengejutkan. Soalnya, tanaman ini sempat digadang-gadang Presiden Joko Widodo menjadi komoditas ekspor unggulan. Melalui unggahan akun Instagram resmi, 19 Agustus 2021, Presiden Jokowi mengatakan, porang bisa menjadi komoditas ekspor unggulan jika digarap dengan serius. "Bayangkan, satu hektare lahan dapat menghasilkan 15-20 ton porang. Pada musim tanam pertama para petani dapat menghasilkan hingga Rp 40 juta dalam 8 bulan. Nilainya sangat besar, pasarnya masih terbuka lebar," kata Presiden.
Baca Juga: Jokowi tinjau pabrik porang, tumbuhan liar yang buat petani jadi miliarder Editor: S.S. Kurniawan