Harga Receh, Saham Grup Bakri Beri Untung 100-an%, Cek Yang Masih Prospek Dibeli



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham yang tergabung dalam Grup Bakrie memberi cuan besar bagi investor pada tahun 2024 ini. Menariknya, harga saham grup bakri terbilang receh antara Rp 100-Rp 500 per saham. Lalu, saham grup Bakrie apa yang masih memiliki prospek cerah untuk investasi?

Pada penutupan perdagangan Rabu (20/11), saham Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) ditutup di level 434, turun tipis 2 poin atau 0,46% dibandingkan sehari sebelumnya. Namun saham BRMS mencatat lonjakan 155,29% secara year to date (ytd).

Pada periode yang sama, saham  PT Darma Henwa Tbk (DEWA) ditutup di level 122, naik 9 poin atau 7,96% dari sehari sebelumnya. Harga saham DEWA telah meningkat 103,33% ytd.


Kemudian harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melemah tipis ke level 147, turun 3 poin atau 2% dibandingkan sehari sebelumnya. Harga saham BUMI naik 72,94% ytd.

 
BRMS Chart by TradingView

PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) naik 15,04% ytd. PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) melaju 9,92% ytd, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 18,18% dan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) terkoreksi 4% ytd. Kemudian, PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) naik 15,17% dalam enam bulan perdagangan terakhir. 

Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus mengungkapkan, kenaikan mayoritas saham Grup Bakrie belakangan ini dipengaruhi oleh ekspektasi fundamental yang kuat serta prospek proyek-proyek masa depan, terutama pada emiten utama seperti BRMS, BUMI, dan DEWA.

Baca Juga: Klik Link Simkah4.kemenag.go.id, Untuk Daftar Nikah Online November 2024

Menurut Angga, salah satu katalis positif berasal dari BRMS yang tengah mengaudit laporan keuangannya, di mana produksi emas perusahaan ini dilaporkan mengalami peningkatan, seiring dengan lonjakan harga emas dunia yang sempat mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Sentimen lain yang turut mendorong optimisme pasar ialah potensi proyek baru dari emiten-emiten Grup Bakrie. Setelah melakukan konsolidasi, grup ini juga menarik perhatian dengan masuknya Grup Salim sebagai pemegang saham utama di beberapa perusahaan di bawah naungan Bakrie. 

"Tentunya ini akan mendatangkan banyak proyek-proyek baru," kata Angga kepada Kontan, Selasa (19/11).

Angga merekomendasikan untuk buy saham BRMS dengan support Rp 400 per saham dan resistance Rp 500 per saham. Kemudian, ia juga merekomendasikan untuk buy saham BUMI dengan support di level Rp 142 dan resistance Rp 173.

"Trading plan ialah mencari saham dari grup ini yang tren-nya naik secara jangka menengah dan supportnya terukur," tutupnya.

Tonton: Kalahkan Arab Saudi, Ini Klasemen & Rangking Indonesia Terbaru

Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengungkapkan Grup Bakrie menjadi sorotan di pasar modal Indonesia berkat lonjakan harga saham mayoritas emitennya sepanjang tahun ini. 

Saham seperti BRMS, BUMI dan DEWA mencatat kenaikan signifikan secara ytd, meskipun performa fundamental sebagian besar emiten belum sepenuhnya mencerminkan apresiasi harga tersebut. 

Misalnya, BRMS telah menunjukkan inisiatif ekspansi melalui proyek smelter, tetapi realisasi pendapatan belum sejalan dengan kenaikan harga sahamnya. Hal serupa terlihat pada BUMI yang masih terbebani utang besar meskipun harga batu bara sempat mendukung kinerja pendapatan. 

Sementara itu, DEWA, ENRG dan VKTR lebih dipengaruhi oleh sentimen spekulatif, seperti optimisme pasar terhadap proyek atau ekspansi baru daripada hasil kinerja keuangan yang solid. 

Untuk emiten seperti BNBR dan UNSP, dengan fundamental yang masih lemah, pasar tampaknya lebih berhati-hati sehingga kenaikan harga sahamnya relatif terbatas atau bahkan terkoreksi.

"Dari sisi fundamental, Grup Bakrie memerlukan langkah konkret untuk memperkuat kinerja keuangan," terang Hendra kepada Kontan, Rabu (20/11).

Menurut Hendra, BUMI dapat memanfaatkan momentum harga batu bara yang relatif stabil untuk memperbaiki struktur utangnya, sedangkan BRMS perlu mempercepat pengoperasian proyek smelter agar volume produksi emas meningkat. VKTR dapat memperluas peluang bisnis energi terbarukan yang lebih prospektif di masa depan. 

"Optimalisasi operasional, efisiensi dan diversifikasi usaha menjadi elemen penting yang harus diperkuat oleh seluruh emiten Grup Bakrie agar kinerja fundamental mereka dapat menyokong valuasi pasar secara berkelanjutan," jelas Hendra.

Hendra juga menyoroti bahwa lonjakan harga saham Grup Bakrie didukung oleh beberapa sentimen positif. Salah satu faktor utama ialah kenaikan harga komoditas, khususnya batu bara dan energi, yang mengangkat optimisme terhadap emiten seperti BUMI dan ENRG. 

Ekspansi proyek seperti smelter pada BRMS dan pengembangan teknologi hijau oleh VKTR juga memberikan daya tarik tersendiri di mata investor. Tidak kalah penting ialah partisipasi investor ritel, yang sering kali terpengaruh oleh momentum teknikal atau rumor pasar, sehingga mendorong kenaikan harga saham yang tidak sepenuhnya didasari oleh fundamental.

Hendra menilai saham Grup Bakrie menawarkan peluang jangka pendek bagi investor dengan profil risiko agresif. Dirinya merekomendasikan untuk buy on weakness saham BUMI di harga Rp 140 per saham dengan target harga Rp 160 per saham. Ia juga merekomendasikan untuk trading buy saham BRMS dan DEWA dengan target harga masing-masing Rp 450 dan Rp 130 per saham.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai kinerja grup Bakrie ke depan akan dipengaruhi oleh sejumlah harga komoditas, mulai dar emas, batu bara hingga Crude Palm Oil (CPO).

"Investor bisa trading jangka pendek saja memanfaatkan harga saham atau volume," ucap Nafan kepada Kontan, Selasa (19/11).

Tak hanya harga komoditas, Nafan juga mencermati prospek VKTR berpotensi positif karena berkaitan dengan komitmen pemerintah dalam meningkatkan program kendaraan listrik.

Baca Juga: Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Di ATM BCA, BNI, BRI, Mandiri, Mudah Tanpa Repot

Selanjutnya: Promo The Harvest Edisi Hari Guru 21-25 November 2024 Diskon 25%

Menarik Dibaca: Promo The Harvest Edisi Hari Guru 21-25 November 2024 Diskon 25%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto