JAKARTA. Harga karet yang rendah dan cuaca yang buruk pada awal tahun 2015 membuat ekspor produk karet alam merosot. Berdasarkan data dari Gabungan Perusahaan Karet Indon esia (Gapkindo) ekspor pada kuartal I 2015 sebesar 585.000 ton atau lebih rendah 15% dibandingkan kuartal I 2014 lalu sebesar 686.700 ton. Penurunan volume ekspor pada kuartal pertama ini disebabkan menurunnya jumlah produksi dan banyaknya petani karet yang beralih profesi karena harga karet yang rendah. Ketua Umum Gapkindo Daud Husni Bastari mengatakan, penurunan ekspor karet kuartal pertama ini selain disebabkan banyaknya pertani karet yang berpindah profesi, juga disebabkan musim hujan dan banjir serta gugur daun. Bila pada musim hujan, petani sulit menyadap karet, dan saat gugur daun, volume getah yang keluar dari pohon karet akan menurun karen pohon karet tengah menumbuhkan daun baru. "Jadi kalau kita melihat stok karet di sejumlah pabrik karet terutama di Sumatera Utara, jumlahnya kecil sekali," ujar Daud kepada KONTAN, Rabu (20/5). Daud mengatakan, penurunan produksi karet juga disebabkan petani yang merasa tidak memiliki masa depan lagi di industri karet, karena harganya yang terus merosot. Sementara kebutuhan hidup saat ini seperti beras semkin tinggi. Ia mengatakan kalau tidak ada usaha dari pemerintah untuk mencoba menaikkan harga karet, maka bisa dipastikan produksi karet akan terus menurun. Padahal, saat ini harga karet dunia sudah mulai naik berada pada kisaran US$ 1,5 per kilogram (kg). Harga tersebut jauh lebih baik ketimbang harga karet sebulan lalu yang sempat merosot ke angka US$ 1,3 per kg. Kenaikan harga karet di pasar global ini disebabkan menurunnya produksi karet sementara permintaan tetap. Daud mengatakan kenaikan harga karet saat ini juga disebabkan kesepakatan yang dilakukan grup besar anggota Gapkindo yang didukung pihak Thailand yang mencoba membuat kontrak jangka panjang langsung dengan pabrik ban. Dengan adanya kontrak langsung dengan pabrik ban, maka fungsi perantara tidak lagi digunakan. Selain itu, Gapkindo juga telah menyurati pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan meminta dukungan pemeirntah untuk mendorong terjadinya program peremajaan karet. Dengan adanya peremajaan karet dan itu disampaikan ke publik oleh pemerintah, maka otomatis harga karet bisa naik karena akan berdampak pada menurunnya produksi karet. "Dengan begitu suplly dan demand akan seimbang," terang Daud. Gapkindo juga telah meminta pemerintah untuk mennghimbau kepada negara-negara Asean lainnya yang mulai menghasilkan karet untuk melakukan moratorium penanaman karet. Dengan adanya himbauan itu, maka pasar akan melihat kalau ada upaya-upaya nyata mengurangi proudksi karet dan hal itu juga turut mendongkrat harga karet. Surat tersebut telah dikirimkan Gapkindo ke pemerintah sekitar dua pekan lalu. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga rendah, ekspor karet alam anjlok 15%
JAKARTA. Harga karet yang rendah dan cuaca yang buruk pada awal tahun 2015 membuat ekspor produk karet alam merosot. Berdasarkan data dari Gabungan Perusahaan Karet Indon esia (Gapkindo) ekspor pada kuartal I 2015 sebesar 585.000 ton atau lebih rendah 15% dibandingkan kuartal I 2014 lalu sebesar 686.700 ton. Penurunan volume ekspor pada kuartal pertama ini disebabkan menurunnya jumlah produksi dan banyaknya petani karet yang beralih profesi karena harga karet yang rendah. Ketua Umum Gapkindo Daud Husni Bastari mengatakan, penurunan ekspor karet kuartal pertama ini selain disebabkan banyaknya pertani karet yang berpindah profesi, juga disebabkan musim hujan dan banjir serta gugur daun. Bila pada musim hujan, petani sulit menyadap karet, dan saat gugur daun, volume getah yang keluar dari pohon karet akan menurun karen pohon karet tengah menumbuhkan daun baru. "Jadi kalau kita melihat stok karet di sejumlah pabrik karet terutama di Sumatera Utara, jumlahnya kecil sekali," ujar Daud kepada KONTAN, Rabu (20/5). Daud mengatakan, penurunan produksi karet juga disebabkan petani yang merasa tidak memiliki masa depan lagi di industri karet, karena harganya yang terus merosot. Sementara kebutuhan hidup saat ini seperti beras semkin tinggi. Ia mengatakan kalau tidak ada usaha dari pemerintah untuk mencoba menaikkan harga karet, maka bisa dipastikan produksi karet akan terus menurun. Padahal, saat ini harga karet dunia sudah mulai naik berada pada kisaran US$ 1,5 per kilogram (kg). Harga tersebut jauh lebih baik ketimbang harga karet sebulan lalu yang sempat merosot ke angka US$ 1,3 per kg. Kenaikan harga karet di pasar global ini disebabkan menurunnya produksi karet sementara permintaan tetap. Daud mengatakan kenaikan harga karet saat ini juga disebabkan kesepakatan yang dilakukan grup besar anggota Gapkindo yang didukung pihak Thailand yang mencoba membuat kontrak jangka panjang langsung dengan pabrik ban. Dengan adanya kontrak langsung dengan pabrik ban, maka fungsi perantara tidak lagi digunakan. Selain itu, Gapkindo juga telah menyurati pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan meminta dukungan pemeirntah untuk mendorong terjadinya program peremajaan karet. Dengan adanya peremajaan karet dan itu disampaikan ke publik oleh pemerintah, maka otomatis harga karet bisa naik karena akan berdampak pada menurunnya produksi karet. "Dengan begitu suplly dan demand akan seimbang," terang Daud. Gapkindo juga telah meminta pemerintah untuk mennghimbau kepada negara-negara Asean lainnya yang mulai menghasilkan karet untuk melakukan moratorium penanaman karet. Dengan adanya himbauan itu, maka pasar akan melihat kalau ada upaya-upaya nyata mengurangi proudksi karet dan hal itu juga turut mendongkrat harga karet. Surat tersebut telah dikirimkan Gapkindo ke pemerintah sekitar dua pekan lalu. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News