JAKARTA. Harga kopi semakin pahit. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) memperkirakan, sampai akhir tahun harga kopi akan berada di kisaran US$ 3-US$ 4 per kilogram (kg). Alhasil, nilai ekspor kopi tahun ini sama seperti tahun lalu, yakni sekitar US$ 1,5 miliar-US$ 2,2 miliar. Irfan Anwar, Ketua Umum AEKI mengatakan, selama dua tahun terakhir ini harga kopi dunia terus merosot. "Tahun lalu harga kopi mencapai US$ 6-US$ 9 per kg," kata Irfan, Kamis (12/9). Dibandingkan dengan tahun lalu, harga kopi tersebut sama saja saja turun 50%. Dengan demikian, meski nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah, eksportir belum menikmatinya.
Beruntung, volume ekspor kopi meningkat sekitar 5% menjadi sekitar 556.500 ton dibandingkan dengan tahun lalu mencapai 530.000 ton. Meski kenaikan volume ekspor kopi hanya naik tipis, namun cukup membantu kinerja nilai ekspor kopi. Tahun lalu, Indonesia mengekspor biji kopi sebanyak 439.000 ton, kopi instan sebanyak kopi instan 71.000 ton, essence ekstrak dan konsentrat kopi 15.000 ton, serta kopi sangrai 5.000 ton. Kopi Indonesia diekspor ke lebih dari 80 negara. Misalnya, ke pasar Jerman, Amerika Serikat, Jepang, Belgia, Italia, Inggris, Afrika, Timur Tengah dan negara-negara di ASEAN seperti Filipina, Malaysia dan Singapura. Produksi kopi Indonesia didominasi beberapa provinsi saja. Dari beberapa provinsi utama pengekspor kopi tersebut, Jawa Timur merupakan penyumbang ekspor sekitar 73% dari ekspor kopi nasional. Kemudian Lampung 11% dan Sumatera Utara sekitar 9%. Produksi lokal naik Menurut Irfan, kenaikan volume ekspor kopi tak lepas dari produksi kopi yang membaik pada tahun ini. AEKI memproyeksikan kenaikan produksi kopi pada tahun 2013 ini di sekitar angka 5% dibandingkan dengan produksi kopi tahun lalu yang sebanyak 748.000 ton. Karena harga yang bagus tahun lalu, banyak petani yang merawat kebun kopi mereka sehingga produktivitas mengalami kenaikan. Sayang, Irfan tak menyebutkan berapa besar kenaikan produktivitas kopi milik petani. Tahun lalu, rata-rata produktivitas kopi nasional mencapai 700 hingga 800 kilogram per hektare. Heri Moerdiono, staf ahli Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kemtan) mengatakan kenaikan produksi kopi sulit untuk dilakukan kalau mengandalkan dana dari pemerintah. Soalnya, anggaran untuk kopi sangat minim. Heri mencontohkan, untuk tanaman kakao, Kementrian Pertanian (Kemtan) menganggarkan dana hingga Rp 3,5 triliun selama tiga tahun atau rata-rata tiap tahun Rp 1,16 triliun. "Sementara untuk kopi tahun ini anggarannya di bawah Rp 60 miliar," ujar Heri.
Sekedar gambaran, luas areal perkebunan kopi Indonesia saat ini mencapai 1,3 juta ha. Dari luas tersebut, lahan produktif hanya mencapai 955.000 ha, perinciannya 760.000 ha merupakan lahan perkebunan kopi robusta, sedangkan 195.000 ha sisanya berupa lahan perkebunan kopi arabika. Produksi kopi nasional dalam tiga tahun terakhir terus naik. Tahun 2012, produksi kopi nasional meningkat sekitar 20% dibanding dengan produksi kopi tahun 2011 yang mencapai 633.000 ton. Tahun lalu, produksi kopi Indonesia sebanyak 748.000 ton terdiri dari kopi arabika seberat 148.000 ton, dan kopi robusta sekitar 600.000 ton. Mayoritas produksi kopi Indonesia dihasilkan dari petani rakyat. Kontribusi kopi petani ini mencapai sekitar 92% dari total produksi kopi Indonesia, sementara kontribusi perkebunan swasta dan perkebunan negara (PTPN) hanya sekitar 8%. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Fitri Arifenie