JAKARTA. Pemilihan waktu sangat penting bagi konsumen yang hendak membeli rumah, baik rumah tapak maupun high rise. Pasalnya, harga properti terus meninggi. Kenaikan harga di semester dua nanti diperkirakan mencapai 15% meskipun ada kemungkinan penjualan menurun. Menurut proyeksi Associate Director Residential Cushman & Wakefield Tikam Sujanani, harga rumah di semester dua akan mengalami kenaikan 10%-15% dibanding akhir semester satu. "Kenaikannya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan semester satu," ujar Tikam ketika ditemui akhir pekan lalu. Tikam bilang, umumnya pengembang mengerek harga berdasarkan tahap penjualan. Semakin mendekati penyelesaian proyek, harganya pun semakin mahal. Nah, biasanya, proyek dimulai di awal tahun atau awal semester dua. Itu sebabnya, harga properti di akhir tahun biasanya sudah mahal. Di sisi lain, penjualan rumah di akhir tahun biasanya justru lebih sepi karena fokus konsumen teralihkan ke hari raya dan liburan. Namun, pengembang tidak mungkin banting harga. "Paling-paling hanya memberi gimmick pemasaran untuk menarik konsumen," imbuh Tikam. Di Jakarta, lanjut Tikam, lokasi yang masih menyimpan potensi untuk pengembangan apartemen kelas menengah sampai menengah atas adalah Puri Indah di Jakarta Barat dan Kelapa Gading di Jakarta Utara. Alasannya, di kedua lokasi banyak proyek mixed use yang sudah mulai dibangun. Apalagi saat ini stok lahan di central business district (CBD) Jakarta sudah semakin menipis, sehingga pengembang yang masuk ke sana mau tidak mau harus membangun apartemen untuk kelas yang sangat tinggi. Menurut Tikam, harga lahan di CBD saat ini sudah mencapai Rp 40 juta-Rp 50 juta per meter persegi (m2). Sementara itu Direktur dan Head of Residential & Investment Services Leads Property Evi Susanti memprediksi kenaikan harga rumah, baik rumah tapak, townhouse, atau apartemen paling banter 10% di semester dua. Kenaikan yang terjadi dinilainya masih stabil, mengingat tidak ada perubahan suku bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)/Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA) yang masih dalam kisaran 7,5%-9,8%. Evi justru tidak sependapat dengan Tikam mengenai sepinya proyek baru di akhir tahun. Menurutnya, setelah Lebaran pun masih banyak proyek yang dimulai. "Banyak pengembang mengejar pemasaran dan konstruksi tahun ini, sehingga sebelum pemilu 2014 sudah sold out," ujar Evi kepada KONTAN, Senin (11/6). Kemungkinan penurunan penjualan di akhir tahun juga diakui oleh Evi. Menurut perhitungannya, jumlah unit yang bisa dijual oleh pengembang di bulan-bulan tertentu seperti liburan sekolah, puasa atau Lebaran mencapai 30%-40% dibanding hari biasa. Pengembang sejumlah kawasan residensial di pinggiran Jakarta, PT Modernland Realty Tbk pun mengaku sudah ambil ancang-ancang untuk menaikkan harga proyeknya di semester dua. Sayang, Chief Operating Officer (COO) Urban Development Modernland Realty Andy K. Natanael belum bisa memastikan persentasenya. "Semuanya tergantung penjualan dan harga bahan bangunan," ujar Andy kepada KONTAN, Senin. Yang jelas, menurutnya, dalam setahun bisa terjadi kenaikan hingga 40%. Modernland Realty berencana meluncurkan masing-masing satu dan dua kluster lagi di proyeknya, ModernHill dan Kota Modern di sisa tahun. Sedangkan satu proyeknya yang lain yaitu Kota Modern sudah habis dikembangkan. Saat ini Modernland Realty tengah mencari lahan baru untuk dikembangkan menjadi kawasan residensial di dekat lokasi Kota Modern.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga rumah bisa naik 15% di semester 2
JAKARTA. Pemilihan waktu sangat penting bagi konsumen yang hendak membeli rumah, baik rumah tapak maupun high rise. Pasalnya, harga properti terus meninggi. Kenaikan harga di semester dua nanti diperkirakan mencapai 15% meskipun ada kemungkinan penjualan menurun. Menurut proyeksi Associate Director Residential Cushman & Wakefield Tikam Sujanani, harga rumah di semester dua akan mengalami kenaikan 10%-15% dibanding akhir semester satu. "Kenaikannya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan semester satu," ujar Tikam ketika ditemui akhir pekan lalu. Tikam bilang, umumnya pengembang mengerek harga berdasarkan tahap penjualan. Semakin mendekati penyelesaian proyek, harganya pun semakin mahal. Nah, biasanya, proyek dimulai di awal tahun atau awal semester dua. Itu sebabnya, harga properti di akhir tahun biasanya sudah mahal. Di sisi lain, penjualan rumah di akhir tahun biasanya justru lebih sepi karena fokus konsumen teralihkan ke hari raya dan liburan. Namun, pengembang tidak mungkin banting harga. "Paling-paling hanya memberi gimmick pemasaran untuk menarik konsumen," imbuh Tikam. Di Jakarta, lanjut Tikam, lokasi yang masih menyimpan potensi untuk pengembangan apartemen kelas menengah sampai menengah atas adalah Puri Indah di Jakarta Barat dan Kelapa Gading di Jakarta Utara. Alasannya, di kedua lokasi banyak proyek mixed use yang sudah mulai dibangun. Apalagi saat ini stok lahan di central business district (CBD) Jakarta sudah semakin menipis, sehingga pengembang yang masuk ke sana mau tidak mau harus membangun apartemen untuk kelas yang sangat tinggi. Menurut Tikam, harga lahan di CBD saat ini sudah mencapai Rp 40 juta-Rp 50 juta per meter persegi (m2). Sementara itu Direktur dan Head of Residential & Investment Services Leads Property Evi Susanti memprediksi kenaikan harga rumah, baik rumah tapak, townhouse, atau apartemen paling banter 10% di semester dua. Kenaikan yang terjadi dinilainya masih stabil, mengingat tidak ada perubahan suku bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)/Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA) yang masih dalam kisaran 7,5%-9,8%. Evi justru tidak sependapat dengan Tikam mengenai sepinya proyek baru di akhir tahun. Menurutnya, setelah Lebaran pun masih banyak proyek yang dimulai. "Banyak pengembang mengejar pemasaran dan konstruksi tahun ini, sehingga sebelum pemilu 2014 sudah sold out," ujar Evi kepada KONTAN, Senin (11/6). Kemungkinan penurunan penjualan di akhir tahun juga diakui oleh Evi. Menurut perhitungannya, jumlah unit yang bisa dijual oleh pengembang di bulan-bulan tertentu seperti liburan sekolah, puasa atau Lebaran mencapai 30%-40% dibanding hari biasa. Pengembang sejumlah kawasan residensial di pinggiran Jakarta, PT Modernland Realty Tbk pun mengaku sudah ambil ancang-ancang untuk menaikkan harga proyeknya di semester dua. Sayang, Chief Operating Officer (COO) Urban Development Modernland Realty Andy K. Natanael belum bisa memastikan persentasenya. "Semuanya tergantung penjualan dan harga bahan bangunan," ujar Andy kepada KONTAN, Senin. Yang jelas, menurutnya, dalam setahun bisa terjadi kenaikan hingga 40%. Modernland Realty berencana meluncurkan masing-masing satu dan dua kluster lagi di proyeknya, ModernHill dan Kota Modern di sisa tahun. Sedangkan satu proyeknya yang lain yaitu Kota Modern sudah habis dikembangkan. Saat ini Modernland Realty tengah mencari lahan baru untuk dikembangkan menjadi kawasan residensial di dekat lokasi Kota Modern.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News