JAKARTA. Petani rumput laut dilanda kecemasan sejak awal tahun 2015 ini. Sebab, harga rumput laut terus mencatat tren penurunan. Alhasil, kondisi ini mengancam produksi rumput laut dalam negeri belakangan ini terus naik. Penurunan harga rumput laut ini dipicu dua faktor. Pertama, pasar ekspor yang masih lesu karena sejumlah negara tujuan ekspor mengurangi permintaan rumput laut. Kedua, penyerapan pasar domestik masih minim, padahal produksi rumput laut tiap tahun terus meningkat. Arman Arfah, Ketua Umum Asosiasi Petani dan Pengelola Rumput Laut Indonesia (ASSPERLI) mengatakan tren penurunan harga rumput laut sudah tampak sejak awal tahun ini. Harga rumput laut di tingkat petani saat ini hanya Rp 8.000 per kilogram (kg)-Rp 9.000 per kg.
Harga ini lebih rendah ketimbang rata-rata harga rumput laut dalam kondisi normal yang bertengger pada harga Rp 12.000 per kg-Rp 13.000 per kg. "Saat ini, permintaan ekspor rumput laut sangat sedikit. Tapi beralih ke pasar domestik pun harganya jauh lebih rendah," ujar Arman kepada KONTAN, Senin (9/2). Selama ini, China menjadi negara tujuan ekspor terbesar rumput laut yang mencapai 76,9% dari total ekspor, disusul Filipina (6,69%), Cile (4,69%), Korea Selatan (2,44%), dan Hong Kong (1,75%). Diperkirakan realisasi produksi rumput laut pada tahun 2014 mencapai 10,23 juta ton dalam keadaan basah atau sekitar 1,02 juta ton rumput laut kering. Tahun ini, ditargetkan produksi mencapai 10,6 juta ton rumput laut basah atau setara 1,06 juta ton rumput laut basah. Untuk pasar ekspor, biasanya rumput laut yang dikirim dalam bentuk kering. Arman bilang penurunan permintaan rumput laut China diperkirakan bakal semakin menekan harga jual rumput laut. Untuk itu, petani rumput laut meminta pemerintah serius membenahi tata niaga rumput laut sehingga penjualannya tetap stabil. Tak terserap Farid Ma'ruf, Ketua Komisi Rumput Laut Indonesia mengeluhkan kondisi tata niaga rumput laut saat ini. Sebab, harga jualnya sangat tergantung pada pembeli. Jika pembeli berkurang, harga langsung turun cukup dalam. Selain itu, rendahnya harga rumput laut asal Indonesia dikarenakan kualitasnya juga lebih rendah ketimbang rumput laut negara lain sehingga tak mampu bersaing dari sisi harga. Alhasil, kalangan industri juga mengincar rumput laut negara lain, seperti China karena kualitasnya lebih bagus dan harganya bersaing. Farid bilang, pemerintah harus mendorong transfer teknologi dan penelitian yang berkesinambungan bagi industri rumput laut domestik. Tujuannya agar produksi rumput laut bisa berkualitas sehingga harganya bersaing. Hal ini penting karena produksi rumput laut Indonesia cukup besar bila dibandingkan dengan kemampuan industri pengolahan rumput laut dalam negeri. Wajar jika produsen rumput laut masih mengincar pasar ekspor.
Apalagi, harga rumput laut di pasar ekspor lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga di dalam negeri. Dengan demikian, petani rumput laut lebih memilih menjual produknya ke pasar ekspor ketimbang ke dalam negeri. Safari Azis, Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) menyatakan jumlah produksi rumput laut begitu melimpah di berbagai sentra produksi rumput laut nasional tanpa bisa terserap dengan baik. Daya beli industri Indonesia juga sulit diharapkan untuk menyerap produksi rumput laut ini Apalagi, kalangan pengusaha rumput laut selalu mengumbar pernyataan bahwa rumput laut untuk industri persediaannya tinggi sehingga harga semakin rendah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto