KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah melonjak ke level Rp 1.700-an, harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS) tren melorot. Apakah saham Bank Syariah Indonesia (BRIS) masih layak dibeli atau dijual? Harga saham Bank Syariah Indonesia (BRIS) pada penutupan perdagangan sesi 1 hari Senin 6 Maret 2023 berada di level 1.540, turun 25 poin atau 1,60%. Harga saham Bank Syariah Indonesia (BRIS) pada bulan lalu mencapai level tertinggi 1.715 pada perdagangan 18 Februari 2023. Namun setelah itu harga saham Bank Syariah Indonesia (BRIS) semakin melemah.
Secara kinerja, Bank Syariah Indonesia (BRIS) memiliki catatan bagus. Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) berhasil mencatatkan kinerja ciamik pada 2022. Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang pendiriannya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara berhasil melesat menjadi bank terbesar ke-6 di Indonesia dengan melewati CIMB Niaga. "Alhamdulillah kinerja BSI sepanjang tahun lalu tumbuh signifikan. Kita bisa lihat dari laba bersih BSI yang mencapai Rp 4,26 triliun atau tumbuh 40,68 persen secara year on year (yoy) di akhir 2022," ujar Erick di Jakarta, Selasa (21/2/2023).
Baca Juga: BSI Bakal Salurkan KPR FLPP dengan Kuota 8.200 Unit Rumah, Setara Rp 910 Miliar Erick menyampaikan pertumbuhan Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) adalah buah kerja keras dari transformasi perusahaan yang berdampak besar pada aspek efisiensi. Erick menyebut merger yang dilakukan pada dua tahun lalu membuahkan hasil yang positif. Erick memaparkan, per kuartal IV 2022, total aset Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) tumbuh 15 persen menjadi Rp 306 triliun. Pun dengan dana pihak ketiga (DPK) yang naik 12 persen (yoy) menjadi Rp 261,49 triliun. Sementara pembiayaan BSI tumbuh 21 persen (yoy) menjadi Rp 208 triliun. Dari sisi kualitas aset, rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) Gross Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) bergerak menurun dari 2,93 persen menjadi 2,42 persen per Desember 2022. Seiring penurunan itu, NPF Net pun susut 0,87 persen menjadi 0,57 persen. Sedangkan pencadangan yang digambarkan NPF Coverage naik dari 148,87 persen menjadi 183,12 persen. "Dengan capaian ini, BSI berhasil naik satu peringkat menjadi bank nomor enam terbesar di Indonesia," ucap Erick.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai berdasarkan fundamental dan kinerja keuangan, Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) cukup solid hingga saat ini. Tercermin dari pertumbuhan laba bersih meningkat lumayan besar di akhir 2022 lalu. “Serta berdasarkan valuasi PER (
price to earning ratio) dan PBV (
price to book value) masih
undervalued dibandingkan sama rata-rata emiten perbankan,” ujar Arjun kepada Kontan.co.id pada Rabu (15/2).
Baca Juga: Wamen BUMN: Perbankan Syariah Cocok untuk Pembiayaan Infrastruktur Berdasarkan data RTI, PBV Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) pada 6 Maret 2023 ada di level 2,13 kali. PER saham Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) sebesar 16,73. “Namun investor menurut saya lebih baik cermati waktu yang baik untuk masuk saham ini karena sudah
auto reject atas (ARA) hari ini. Juga ada kemungkinan akan koreksi harga saham-nya karena sudah menuju ke harga
resistance pada Juli tahun lalu,” katanya. Ia mengatakan lebih baik untuk menahan diri (hold) untuk investor yang sudah memiliki sahamnya di BRIS. Sedangkan untuk investor yang mau masuk, ia menyarankan untuk
wait and see terlebih dahulu. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana untuk mengocok ulang posisi pemegang saham di PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS). Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan saat
free float BRIS sudah mencapai 9,91% di pasar saham. Ia menyatakan porsi kepemilikan saham masyarakat akan terus ditambah ke depannya. Tiko panggilan akrab Kartika menyatakan akan tetap mempertahankan Bank Mandiri sebagai pemegang saham pengendali dan pemerintah akan tetap memegang saham dwiwarna. “Memang BNI dan BRI keluar secara perlahan dari BSI. Ini akan kita lihat peluangnya pasarnya, bila BNI dan BRI mulai exit kira-kira siapa yang bisa gantikan dan berapa besar
sizenya,” ujar Tiko pada sela-sela acara Bank Syariah Indonesia (BRIS) Global Islamic Finance Summit 2023. Ia menyatakan telah melakukan pembicaraan dengan beberapa potensial investor. Kendati demikian, Tiko ingin investor baru nantinya adalah global banking agar BSI bisa terus naik kelas menjadi bank kelas dunia. Pada aksi
rights issue Bank Syariah Indonesia (BRIS) terakhir kali di Desember 2022 lalu, BNI hanya menggunakan separuh haknya. Sedangkan, BRI tidak menggunakan haknya sama sekali pada aksi penguatan modal bank syariah terbesar di Indonesia ini.
Oleh sebab itu, kepemilikan saham
BBRI di Bank Syariah Indonesia (BRIS) turun dari 17,25% menjadi 15,38% pasca
rights issue. Sedangkan, kepemilikan
BBNI menyusut dari 24,85% menjadi 23,24%. Sedangkan
BMRI selaku pemilik saham pengendali telah melaksanakan seluruh haknya. Sehingga kepemilikan Bank Mandiri di Bank Syariah Indonesia (BRIS) naik dari 50,83% menjadi 51,47%. Itulah rekomendasi saham Bank Syariah Indonesia (BRIS). Ingat, segala risiko investasi atas rekomendasi saham Bank Syariah Indonesia (BRIS) menjadi tanggung jawab Anda sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto