KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) sempat melaju kencang setelah
stock split atau pemecahan nilai nominal saham. Dengan kenaikan harga saham BBCA, apakah investor masih bisa membelinya? Seperti diketahui, mulai hari ini saham BBCA resmi stock split. Stock split saham BBCA berlangsung dengan rasio 1:5. Dengan aksi korporasi ini, total jumlah saham BBCA akan membesar dari 24,65 miliar saham menjadi 123,27 miliar saham. Adapun nilai nominal saham akan berubah dari Rp 62,5 per saham menjadi Rp 12,5 per saham. Dengan stock split, harga saham BBCA pada perdagangan hari ini, Rabu 13 Oktober 2021 dibuka dengan harga Rp 7.400. Lalu, harga saham BBCA melambung tinggi.
Sebelum penutupan perdagangan sesi pertama, harga saham BBCA sempat melambung ke Rp 7.750. Sedangkan pada penutupan perdagangan sesi pertama siang ini, Rabu (13/10) harga saham BBCA di level Rp 7.500
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Setya Ardiastama menyebut, wajar saja harga saham BBCA naik setelah stock split. Pasalnya, stock split saham BBCA menjadi harga lebih terjangkau. “Secara garis besar, stock split dapat berdampak pada likuiditas pasar, yang tentunya cukup diminati dari segi investor maupun manajemen tersebut,” ungkap Okie, Selasa (12/10).
Seperti diketahui, BBCA pernah melakukan tiga kali pemecahan nilai nominal saham. Terakhir, Bank Central Asia melakukan
stock split pada 2008 dengan rasio 1:2. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menyebut stock split selalu memberikan efek positif pada minat beli pasar karena harganya bersahabat untuk investor ritel, sehingga menjadi lebih menarik. Dalam hitungan Sukarno, harga saham BBCA berpotensi mengalami kenaikan hingga mencapai harga puluhan ribu lagi, tepatnya ke level Rp 10.400 dalam waktu 1-3 tahun ke depan.
Baca Juga: Tarik tunai tanpa kartu di ATM BCA semakin disenangi, ini caranya Meski demikian, dari segi valuasinya saham BBCA memiliki PBV yang berada di atas rata-rata dengan saham emiten perbankan lainnya. BBCA diperdagangkan dengan PBV di 4,82 kali, sementara itu PBV BBRI lebih rendah berada di 2,64 kali, BMRI di 1,73 kali, dan BBNI dengan PBV 1.03 kali. Selain dari harga sahamnya yang lebih terjangkau, Sukarno bilang sentimen positif untuk BBCA lainnya adalah realisasi kinerja yang cukup solid di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.
Bank Central Asia bahkan berhasil menjadi juara dalam perolehan laba bersih terbesar di sepanjang semester I-2021 senilai Rp 14,45 triliun. Nilai itu tumbuh 18,10%
year on year (yoy) dibandingkan Juni Rp 12,24 triliun. “Pemulihan ekonomi yang berlanjut dan keberhasilan pemerintah dalam menekan angka kasus Covid-19, serta program vaksinasi yang terus berjalan menjadi sentimen untuk sektor perbankan,” papar Sukarno pada Kontan, Selasa (12/10). Sukarno menambahkan investor bisa melakukan trading buy dengan target harga jangka pendek di Rp 7.950 per saham hingga Rp 8.000 per saham. .
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto