Harga Saham Blue Chip Bigcaps Koreksi Desember 2022, Cek Yang Punya Prospek Cerah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten yang masuk daftar saham blue chip dengan kapitalisasi pasar besar (bigcaps) mengalami penurunan harga pada Desember 2022. Analis melihat, penurunan harga saham blue chip bigcaps tersebut adalah momentum tetap untuk mulai akumulasi.

Saham blue chip adalah jenis saham dari perusahaan dengan kondisi keuangan prima, serta beroperasi selama bertahun lamanya. Di Indonesia, saham-saham yang masuk dalam kategori blue chip berada pada daftar indeks LQ45.

Sementara itu, bigcaps adalah sebutan bagi emiten yang memiliki nilai kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun. Belakangan ini, emiten-dengan market cap di atas Rp 100 triliun memiliki kinerja positif, tapi harga saham malah turun.


Mayoritas saham blue chip bigcaps adalah emiten sektor energi dan batubara, yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 433,33 triliun. Disusul PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebesar Rp 121,55 triliun, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Rp 102,47 triliun, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) sebesar Rp 100,25 triliun.

Selain itu, adapula saham dari PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 105,89 triliun. Kemudian ada PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebesar Rp 100,78 triliun.

Baca Juga: Prediksi IHSG Hari ini (13/12) Naik Lagi, Saham Pilihan Ini Jangan Sampai Lolos

Harga saham UNTR pada perdagangan Senin 12 Desember 2022 ditutup di level 26.875, turun 1.625 atau 5,70% dalam 5 hari terakhir. Harga saham BYAN pada perdagangan Senin 12 Desember 2022 ditutup di level 13.000, turun 1.000 atau 7,14% dalam 5 hari terakhir.

Pada periode yang sama, harga saham ADRO stagnan di level 3.800. Lalu harga saham MDKA di level 4.250, turun 200 atau 4,49%.

Sedangkan saham AMRT di level 2.550, turun 390 poin atau 13,27%. Hanya saham KLBF yang naik ke level 2.150, bertambah 90 poin atau 4,37% dalam 5 hari perdagangan.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan keberhasilan tersebut seiring pertumbuhan kinerja yang signifikan. "Sepanjang tahun ini membukukan lonjakan kinerja yang fantastis berkat tingginya harga komoditas terutama batubara," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (12/12).

Namun ia menilai konsistensi emiten sektor energi bertahan didaftar bigcaps akan tergantung prospek ke depannya. Apalagi bisnisnya memiliki karakter cyclical sehingga harga yang masih sangat tinggi ini meskipun mendatangkan laba yang besar, tetapi mengandung risiko yang perlu diperhitungkan. "Sebab, era harga komoditas yang tinggi seperti beberapa bulan terakhir ini akan berlalu juga," katanya.

Lebih lanjut, kontraksi ekonomi global dapat memicu koreksi yang lebih cepat. "Jika dilihat dari harga minyak mentah yang beberapa bulan ini juga sudah mulai turun, maka risiko yang serupa juga dapat terjadi pada batubara," sambungnya.

Sementara untuk AMRT dan KLBF bisa dikatakan saham dengan model bisnis yang relatif defensif, sehingga ketika dihadapkan dengan potensi kontraksi ekonomi maka relatif dapat bertahan. Dari sisi kinerja juga dinilai cukup baik dengan membukukan pertumbuhan laba positif, lebih baik dari rata-rata historis mereka beberapa tahun terakhir.

"Namun secara valuasi sudah agak mahal sehingga potensi upside-nya akan cenderung terbatas," jelas Pandhu.

Di tengah ketidakpastian ekonomi, justru ia menilai saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) berpotensi kembali masuk daftar saham bigcaps. Adapun market cap CPIN saat ini sebesar Rp 95,52 triliun. "Jadi, apabila harga sahamnya naik di atas Rp 6.100 sudah mencukupi," katanya.

Dari seluruh emiten bigcaps, Pandhu menilai saham yang menarik untuk dicermati adalah perbankan, seperti BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI. Sepanjang tahun ini membukukan pertumbuhan kinerja yang luar biasa kuat, maka tidak mengherankan jika mereka bisa mencapai level all time high kembali. "Koreksi yang terjadi belakangan ini bisa menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan untuk buy on weakness," katanya.

Saham lain yang juga menarik adalah ASII dan TLKM yang telah terkoreksi cukup dalam, terseret sentimen negatif dari kerugian investasi di GOTO. Sedangkan secara kinerja operasional masih sangat kuat, sehingga kerugian dari GOTO tidak akan terlalu signifikan.

"Rekomendasi kami buy on weakness untuk keenam saham tersebut, bisa dicicil dulu sambil menunggu tekanan jual di pasar mereda. Momen window dressing akhir tahun juga diharapkan dapat segera datang dan kembali mendorong saham-saham bigcaps menguat seperti yang terjadi pada pola kebiasaan sebelumnya," imbuhnya.

Itulah rekomendasi saham blue chip bigcaps yang layak dibeli untuk perdagangan hari ini, Selasa 13 Desember 2022. Ingat disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto