KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham blue chip PT Astra International Tbk (
ASII) bangkit dan kembali ke level 5.000-an pada Agustus 2024 ini. Dengan tren kenaikan harga tersebut, apakah sekarang saatnya jual atau beli saham blue chip tersebut? Per Kamis (22/8), saham ASII ditutup pada posisi Rp 5.000 per saham, turun 1,58% dari posisi sehari sebelumnya. Namun dalam lima hari terakhir, harga saham ASII terakumulasi naik 100 poin atau 2,04%. Lalu dalam sebulan terakhir, harga saham ASII terakumulasi meningkat 480 poin atau 10,62%. Bulan ini, harga saham ASII sempat mencapai level tertinggi di harga 5.200 saat pembukaan pasar 21 Agustus.
Saat harga masih tren naik, analis rekomendasi beli saham blue chip tersebut. Salah satunya disampaikan oleh Equity Analyst PT Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty dengan target harga sebesar Rp 5.575 per saham.
Analis OCBC Sekuritas Budi Rustanto rekomendasi
Buy saham ASII dengan target harga Rp 5.500 per saham. Analis BRI Danareksa Sekuritas Richard Jerry mempertahankan rekomendasi beli saham ASII dengan target harga naik menjadi sebesar Rp 5.700 per saham dari sebelumnya Rp 5.100 per saham. Menurut Arinda, segmen otomotif dan properti akan mulai pulih ke depannya. Hal itu menyusul tingkat suku bunga diprediksi akan segera dipangkas pada semester II 2024. Lingkungan suku bunga rendah dihadapkan akan membuat pengajuan kredit kendaraan bermotor kembali meningkat. Begitu pula kredit perumahan akan meningkat, setelah konsumsi cukup tertahan selama suku bunga tinggi. "Kami menilai saham ASII akan berbalik arah karena semakin membesarnya probabilitas pemangkasan suku bunga," ujar Arinda kepada Kontan.co.id, Kamis (22/8). Arinda menjelaskan, suku bunga tinggi telah menyebabkan penjualan otomotif menurun khususnya untuk segmen roda empat. Akibatnya laba bersih segmen otomotif tergerus, walau pangsa pasar meningkat. Untuk diketahui, ASII mencatatkan pendapatan sebesar Rp159,96 triliun di periode Januari -Juni 2024, atau turun 1,5% YoY dari Rp162,39 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina, laba bersih ASII turun 3,7% YoY menjadi Rp16,67 triliun di semester I-2024. Namun jika termasuk penyesuaian nilai wajar, laba bersih ASII turun 9,1% YoY menjadi Rp15,86 triliun. Budi menyoroti bahwa penjualan otomotif ASII yang lesu sejalan dengan kondisi industri khususnya segmen roda empat (4W). Adapun penjualan mobil nasional secara
wholesales turun 19,4% YoY menjadi sebesar 408.012 unit, sedangkan penjualan mobil secara ritel turun 14% dari 502.533 unit YoY menjadi 431.987 unit selama Januari – Juni 2024. Dari jumlah tersebut, penjualan kendaraan roda empat (4W) Astra turun 16,6% YoY menjadi 231.792 unit, sementara penjualan kendaraan roda dua (2W) turun 4% YoY menjadi 2,4 juta unit. Menurut Budi, penjualan mobil yang lesu dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti daya beli yang lemah, sikap
wait and see di tahun pemilu, depresiasi Rupiah, Non performing financing (NPF) yang lebih tinggi, hingga tingkat suku bunga tinggi. Alhasil, OCBC Sekuritas merevisi asumsi penjualan mobil domestik dari sebelumnya 1 juta menjadi 900 ribu unit untuk tahun 2024. Penjualan mobil hingga akhir tahun akan didukung oleh perbaikan musiman di semester kedua dan adanya pameran otomotif GIIAS. Namun demikian, Budi melihat, ASII berupaya untuk mempertahankan pangsa pasarnya di atas 50%. Adapun pangsa pasar Astra meningkat dari 54,9% di semester I-2023 menjadi 56,8% di semester I-2024.
Baca Juga: Emiten Otomotif Berpeluang Positif hingga Akhir Tahun 2024, Cek Rekomendasi Analis Dalam jangka pendek, peluncuran model baru oleh ASII akan menjadi salah satu katalis positif. Sementara pertumbuhan jangka panjang akan bergantung pada pemulihan daya beli, dengan peluang dari luar kota-kota besar di mana penetrasi penjualan mobil dan tingkat pendapatan relatif rendah, dengan asumsi bahwa infrastruktur yang memadai telah tersedia. “Selain itu, jaringan distribusi yang luas didukung oleh layanan purna jual dan beragam rangkaian produk diharapkan menjadi keunggulan kompetitif ASII,” ungkap Budi dalam riset 5 Agustus 2024. Di segmen 4W, manajemen ASII berkomitmen untuk terus meluncurkan produk Battery Electric Vehicle (BEV), dengan Toyota Astra Motor akan memperkenalkan 3 model BEV selama dua tahun ke depan. Astra juga akan meluncurkan model Hybrid Electric Verhicle (HEV) baru. Sementara, manajemen ASII menilai penjualan kendaraan roda dua (2W) memiliki prospek jangka positif khususnya di luar pulau Jawa. Astra berencana meluncurkan motor model EV selama dua tahun ke depan dan akan bertambah jadi tujuh model pad 2030. Oleh karena itu, OCBC Sekuritas mempertahankan asumsi penjualan 2W domestik sebesar sekitar 6,5 juta unit tahun 2024. Proyeksi ini akan didukung oleh peningkatan daya beli sejalan dengan kondisi ekonomi makro yang solid, harga komoditas yang relatif stabil dan kondisi panen yang baik, inflasi yang terkendali, serta pelonggaran kebijakan moneter. Di luar segmen otomotif, Budi mengantisipasi jumlah pembiayaan segmen jasa keuangan akan terus tumbuh. Hal ini didorong oleh pelonggaran kebijakan moneter dan pangsa pasar yang lebih tinggi bersama dengan kualitas aset yang dapat dikelola karena NPF semakin pulih. Analis BRI Danareksa Sekuritas Richard Jerry mengamati, harga saham ASII telah meningkat sebesar 15% selama satu bulan terakhir. Peningkatan ini terjadi karena penjualan mobil ASII terus menunjukkan pemulihan. Secara total, penjualan mobil ASII pada periode Januari-Juli 2024, mencapai 275.559 unit dibandingkan periode Januari-Juni sebesar 231.792 unit. Hasil penjualan hingga bulan Juli tersebut masih koreksi 17% YoY, namun lebih baik dari pada penjualan hingga Juni yang koreksi 19% YoY. "Kami terus mengharapkan penjualan mobil ASII di semester kedua akan naik 6% dibandingkan semester pertama, di tengah momentum yang baik adanya pameran GIIAS," tulis Richard dalam riset 22 Agustus 2024.
Richard meyakini, pangsa pasar segmen roda empat ASII yang solid layak mendapatkan premi valuasi yang lebih tinggi. Pangsa pasar Astra di sektor otomotif segmen 4W tetap kuat di posisi 57%, meskipun ada persaingan dari pemain Tiongkok. Risiko negatif bagi ASII adalah tidak adanya model baru yang signifikan pada semester kedua 2024, penetrasi pasar yang agresif dari Tiongkok untuk segmen 4W, serta kurangnya dampak dari pameran GIIAS.
Baca Juga: Pendaftaran CPNS 2024 Dimulai Di Sscasn.bkn.go.id, Cek Gaji PNS Sesuai Golongan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto