KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga salah satu saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini melorot cukup besar sejak awal tahun. Analis melihat, sekarang belum saatnya melepas saham blue chip tersebut. Bahkan ada salah satu analis rekomendasi trading buy saham
blue chip tersebut. Saham blue chip adalah saham lapis satu di pasar saham yang memiliki fundamental kual. Selain itu, saham blue chip juga memiliki nilai kapitalisasi pasar besar, mencapai puluhan hinga ratusan triliun rupiah. Di BEI, saham blue chip biasanya adalah saham-saham di Indeks LQ45. Indeks ini berisi 45 saham paling likuid dan memiliki kapitalisasi pasar terbesar dibandingkan saham lainnya.
Salah satu saham LQ45 yang tengah mengalami penurun harga adalah saham PT Astra International Tbk (
ASII). Pada perdagangan Senin 1 April 2024, harga saham ASII ditutup di level 5.200, turun 175 dibandingkan 5 hari yang lalu atau 3,26%. Sejak awal tahun 2024 atau year to date (ytd), harga saham ASII berkurang 500 poin atau 8,77%. Meski tengah terjadi pelemahan harga, analis melihat hal ini adalah kesempatan untuk trading buy saham ASII. Hal itu disampaikan Analis Mirae Asset Sekuritas Christopher Rusli, "Target harga Rp 6.050 per saham," ujar Christoper. Ia melihat, ASII diproyeksi mencatat kinerja yang lebih cerah mulai kuartal kedua 2024. Insentif untuk mobil hybrid hingga peluncuran model baru semestinya bisa mengerek penjualan otomotif ASII. Dari segmen alat berat (HEMCE), anak usahanya PT United Tractors Tbk (
UNTR) juga memperkirakan adanya penurunan penjualan alat berat Komatsu, dengan target baru menjadi kisaran 3.800 – 4.000 unit di tahun 2024. Revisi ke bawah ini disebabkan oleh kombinasi harga komoditas yang lebih rendah dan ketidakpastian tahun pemilu. Selain itu, simpanan pesanan untuk peralatan kecil-menengah dan besar, masing-masing stabil pada 1-3 dan 5-6 bulan, yang menyebabkan perkiraan penurunan penjualan di semua ukuran peralatan.
Baca Juga: Emiten Ini Berhasil Ubah Rugi Triliunan Rupiah Jadi Laba, Apa Sahamnya Layak Dibeli? Meski demikian, Christopher tetap memandang positif prospek ASII ke depannya. Hal itu mengingat berita terkini mengenai usulan dividen sebesar Rp 421 per saham, serta adanya rencana pemerintah memperkenalkan insentif untuk mobil hybrid atau Hybrid Electric Vehicle (HEV). UNTR selaku anak usaha juga tetap optimistis mengenai produksi, yang menargetkan peningkatan sebesar 15% untuk kontraktor pertambangan PAMA dan memproyeksikan pertumbuhan volume penjualan sebesar 9% untuk batubara dan 34% untuk tambang emas. Namun, biaya penambangan, khususnya untuk PAMA, akan bervariasi sesuai dengan fluktuasi harga batubara. Perlu diketahui, ASII membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 5% YoY menjadi Rp 316,6 triliun di tahun 2023 lalu. Laba bersih juga mengalami lonjakan signifikan sebesar 16,9% YoY menjadi Rp 33,84 triliun. Pertumbuhan pendapatan terutama didorong oleh otomotif dan segmen HEMCE, dengan peningkatan masing-masing sebesar 6.4%YoY menjadi Rp128,25 triliun dan 4.1%YoY menjadi Rp128,58 triliun. Sementara, pertumbuhan laba bersih dipimpin oleh sektor otomotif sekitar 14.8% YoY, jasa keuangan 29.7% YoY, dan segmen lainnya (kecuali CPO dan HEMCE) bertumbuh 41.0% YoY di tahun 2023. Hasil ini menunjukkan kekuatan kinerja ASII di seluruh portofolionya. “Kami tetap optimis terhadap prospek ASII ke depan,” ungkap Christopher dalam riset 5 Maret 2024.
Christopher bilang, model 4W baru diperlukan untuk menggairahkan pasar dan menangkap manfaat dari insentif mobil hybrid. Sebab, pola yang diperhatikan pada performa otomotif ASII selama ini adalah keberhasilan penjualan 4W berkaitan erat dengan peluncuran model-model baru.
Oleh karena itu, penjualan mobil listrik hybrid ASII diperkirakan bisa memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan segmen otomotifnya, terutama dengan adanya potensi insentif untuk mobil hybrid yang dapat meningkatkan penjualan produk HEV Astra seperti Innova Zenix dan Yaris Cross. Christopher menyoroti adanya perlambatan penjualan mobil secara nasional di awal tahun 2024 ini membuka lebih banyak ruang untuk pemberlakuan insentif mobil hybrid (HEV). Dengan begitu, pemerintah ada lebih banyak alasan untuk memperkenalkan insentif HEV guna membantu meningkatkan penjualan mobil sepanjang tahun. Analis BRI Danareksa Sekuritas Richard Jerry turut melihat penjualan mobil ASII dalam jangka pendek perlu didorong oleh model-model baru, serta menegaskan kembali pandangan bahwa mobil listrik dengan teknologi Battery Electric Vehicle (BEV) tidak akan merugikan penjualan mesin pembakaran internal (ICE). “Dan kemungkinan bakal ada kejutan positif dari penjualan mobil hybrid, meskipun segmen ini tidak akan menerima subsidi besar,” tulis Richard dalam riset 15 Maret 2024. Richard menyebutkan, ASII berencana meluncurkan model baru untuk segmen roda empat dengan model BEV dan 2 PHEV baru dalam 2 tahun ke depan, serta HEV baru pada tahun 2024. Dimana, pasar mengharapkan Avanza/Veloz ataupun Rush HEV, mengingat popularitas produk tersebut. Adapun BRI Danareksa meyakini penjualan bulan Maret 2024 akan menjadi kunci, sebelum menyesuaikan kembali perkiraan volume penjualan segmen roda empat untuk setahun penuh. Richard menilai, tren penjualan saat ini serupa dengan tahun 2021, saat pelemahan kuartal pertama diimbangi oleh penjualan lebaran dan semester kedua yang kuat. Dengan demikian, dampak Lebaran diharapkan bisa mendongkrak angka penjualan mobil nasional di bulan Maret 2024, sekaligus peluncuran produk baru akan meningkatkan angka penjualan 4W mulai kuartal II-2024 dan seterusnya. Pada Januari – Februari 2024, penjualan mobil secara
wholesales sekitar 140.273 turun sekitar 22.6% secara tahunan yang hanya mewakili 13% dari estimasi setahun penuh dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Secara keseluruhan, BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan pertumbuhan volume ASII bakal lebih kuat dari segmen 4W sekitar 5%YoY dibandingkan segmen 2W yang diproyeksi turun 1%YoY pada tahun 2024.
Dengan berbagai perkembangan terkini, Richard mempertahankan peringkat Hold untuk ASII dengan target harga Rp 5.600 per saham. Hal itu seiring prospek penjualan segmen 2W yang kuat, lalu kurangnya kompetisi dari segmen 4W. Sementara risiko negatif yang perlu diperhatikan adalah penjualan yang datar dan meningkatnya Non Performing Loan (NPL) di bisnis pembiayaan milik ASII. Itulah rekomendasi saham blue chip untuk perdagangan hari ini, Selasa 2 Apri 2024. Inga, segala risiko investasi menjadi tanggung jawab Anda sendiri blue
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto