KONTAN.CO.ID- JAKARTA. Harga salah satu saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini mulai bangkit mendekati level 3.000. Sejumlah analis rekomendasi beli saham blue chip tersebut karena berpotensi mengalami kenaikan harga. Saham blue chip adalah saham lapis satu yang telah berpengalaman lama di lantai bursa. Saham blue chip biasanya memiliki fundamental kuat dan nilai kapitalisasi besar mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah. Di BEI, saham blue chip biasanya menjadi anggota indeks mayor seperti LQ45. Salah satu saham LQ45 yang mengalami kebangkitan harga adalah saham PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM).
Harga saham TLKM pada perdagangan Senin 26 Agustus 2024 ditutup di level 2.980, naik 30 poin atau 1,02%. Kenaikan harga saham TLKM melanjutkan tren positif setelah mencapai titik terendah pada semester 2 ini pada 5 dan 6 Agustus 2024 di level 2.790.
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi
buy saham TLKM dengan target harga di Rp 4.250 per saham. Niko menilai, saat ini saham Telkom diperdagangkan pada level menarik dengan EV/EBITDA 4 kali. "Pertumbuhan pendapatan TLKM yang beragam dari segmen enterprise dan Wholesale & International Business (WIB) serta kekuatan Telkomsel dengan strategi FMC," jelasnya. Niko Margaronis, Equity Research BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan pendapatan TLKM bisa tumbuh di kisaran 2,7% YoY. Mengingat pemulihan Telkomsel secara bertahap di tengah pendapatan konsumen yang melemah. Pada semester II-2024, Nico menyebut kinerja emiten telekomunikasi termasuk Telkom akan mendapatkan katalis positif di momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Ini akan mendorong peningkatan trafik dan konsumsi data. Menilik laporan keuangan per 30 Juni 2024, laba periode berjalan TLKM yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 11,76 triliun. Ini turun 7,80% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 12,75 triliun. Padahal pendapatan Telkom sepanjang paruh pertama ini masih tumbuh 2,47% YoY menjadi Rp 75,29 triliun. Pada periode yang sama di 2023, TLKM masih meraup pendapatan Rp 73,47 triliun.
Baca Juga: Telkom Indonesia (TLKM) Bidik Pendapatan Tumbuh Low Single Digit di 2024 Penurunan itu salah satunya disebabkan oleh meningkatnya beberapa pos beban. Seperti beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi yang naik dari Rp 19,17 triliun menjadi Rp 19,46 triliun. Kemudian pos beban penyusutan dan amortisasi juga naik 1,13% YoY menjadi Rp 16,12 triliun. Tak hanya itu, beban karyawan emiten halo-halo ini juga naik dari Rp 7,84 triliun menjadi Rp 9,48 triliun.
Hal tersebut sejalan dengan adanya penurunan akibat program pensiun dini atas 1.800 karyawan Telkom dengan biaya sebesar Rp 1,2 triliun. Adapun program ini telah diimplementasikan pada semester I-2024. Per semester I-2024, Telkom juga menanggung kerugian yang belum terealisasi dari perubahan nilai wajar atas investasi alias unrealized loss sebesar Rp 857 miliar. Ini berbalik dari unrealized gain sebesar Rp 412 miliar. Salah satu penyebab berbaliknya unrealized loss dari unrealized gain karena investasi Telkom Group melalui PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) senilai Rp 854 miliar.
Baca Juga: Grup Telkom (TLKM) Genjot Pelanggan 5G Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom Heri Supriadi menjelaskan sebenarnya, tanpa memperhitungkan unrealized loss di GOTO, laba bersih Telkom masih mengalami kenaikan 4,2% YoY. "Kami tahu kondisi kondisi bisnis ini sangat ketat, tapi kami melihat Telkom masih memiliki target pendapatan tumbuh pada low single digit," kata dia dalam paparan publik virtual, Senin (26/8). Sejalan dengan itu, Telkom juga akan melakukan efisiensi beban dan biaya-biaya yang ada. Heri memastikan, program pensiun dini karyawan tidak akan berlanjut di paruh kedua tahun ini. Dalam mendorong pertumbuhan kinerja, TLKM fokus untuk mempercepat transformasi bisnis dengan segmen Business to Customer (B2C) dan Business to Business (B2B) untuk menangkap setiap peluang yang ada. TLKM melalui Telkomsel strategi FMC menyasar pada segmen B2C. Heri bilang Strategi FMC ini dijalankan oleh Telkomsel tengah berupaya melakukan langkah percepatan efisiensi operasional. "Ke depannya, Grup Telkom akan memaksimalkan efek sinergi dari FMC di laporan kinerja keuangan TLKM melalui revenue uplift, efisiensi operating expense, dan efektivitas belanja modal," jelas Heri.
Baca Juga: Telkom (TLKM) Gencar Ekpansi, Pelanggan 5G Telkomsel Naik 97% Jadi 3,2 Juta Sementara untuk segmen B2B, Grup Telkom melalui anak usahanya PT Telkom Data Ekosistem (TDE) alias NeutraDC yang bergerak di data center terus pengembangan platfrom Daca Center & Cloud.
NeutraDC berencana untuk menambah kapasitas Data Center sebesar 18 MegaWatt (MW) untuk Hyperscale Data Center Cikarang. Selain itu, NeutraDC juga tengah melanjutkan ekspansi Enterprise Data Center dan juga Edge Data Center. "Peningkatan kapasitas data center ini ditujukkan untuk mengantisipasi permintaan Cloud Storage and processing yang terus bertambah seiring dengan meningkatnya kebutuhan Artificial Intelligence (AI)," ucap Heri.
Baca Juga: Lulusan SMA Bisa Ikut, Ini Formasi CPNS 2024 Di BIN, Daftar Di Sscasn.bkn.go.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto