Harga Saham Blue Chip Ini Mulai Naik Ke 2.100-an, Analis Sarankan Beli, Target 3.900



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham blue chip sektor telekomunikasi ini kembali dalam tren naik. Sejumlah analis rekomendasi beli saham blue chip tersebut karena berpotensi melanjutkan kenaikan harga.

Saham blue chip adalah saham lapis satu di bursa efek yang memiliki fundamental kuat dan kapitalisasi pasar besar dari puluhan triliun hingga ratusan triliun rupiah.

Di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham blue chip dikelompokkan dalam Indeks LQ45. Ada 45 saham blue chip di indeks tersebut.


Salah satu saham blue chip yang jadi perhatian analis adalah saham EXCL dari PT XL Axiata Tbk.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis rekomendasi beli saham EXCL dengan target harga sebesar Rp 3.900 per saham.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan merekomendasikan buy saham EXCL dengan target harga Rp 2.600 per saham.

Kemudian Analis Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy menyarankan trading buy saham EXCL dengan target harga sebesar Rp 2.450 per saham.

Pada perdagangan Rabu 29 November 2023, harga saham EXCL ditutup di level 2.160, naik 10 poin atau 0,47% dibandingkan sehari sebelumnya. Kenaikan harga saham EXCL tersebut melanjutkan tren positif dalam sepekan terakhir, dimana dalam perdagangan 5 hari terakhir harga saham EXCL terakumulasi naik 80 poin atau 3,85%.

 
EXCL Chart by TradingView

Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan menganalisa pendapatan EXCL tumbuh 10,5% secara tahunan (year on year/ YoY) menjadi Rp 23,9 triliun selama periode Januari – September 2023. Pertumbuhan pendapatan EXCL diikuti laba bersih yang naik 3,1% YoY menjadi Rp 1 triliun pada periode tersebut berkat biaya bunga yang lebih rendah.

Pada kuartal III 2023, pendapatan EXCL turun 1,4% secara kuartalan (quarter on quarter/ QoQ) menjadi Rp 8,1 triliun, menyusul penurunan total pelanggan sebesar 0,9% QoQ menjadi 57,5 juta dan data payload kuartalan yang datar menjadi 2.453 PB. Laba bersih EXCL juga ikut turun 20,0% QoQ menjadi Rp 360 miliar pada kuartal ketiga 2023 karena kenaikan biaya infrastruktur dan biaya S&M.

Steven menyebutkan, sinergi jaringan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Link Net Tbk (LINK) yang sedang berjalan diharapkan selesai pada akhir tahun 2023. Dengan demikian, selesainya integrasi jaringan tersebut ditambah dengan strategi transformasi digital yang telah dimulai sejak kuartal IV 2022 akan mendorong optimalisasi biaya.

Baca Juga: Harga Batubara Kokas Masih Solid, Intip Rekomendasi Saham Adaro Minerals (ADMR)

Henan Putihrai Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan operational expenditure (opex) EXCL tahun 2023 hanya sebesar 8,0% YoY dibandingkan 9,2% YoY di September 2023 dan 8,8% YoY di akhir tahun 2022 lalu. Lebih rendahnya pengeluaran bakal berdampak pada laba bersih EXCL yang diperkirakan menjadi Rp 1,3 triliun atau naik 12,3% YoY daripada estimasi sebelumnya.

Steven melihat, EXCL membukukan serangkaian penetrasi produk XL Satu dari pelanggan XL Home telah mencapai 69% di kuartal ketiga 2023, dibandingkan hanya 19% di kuartal I 2022. Pertumbuhan ini menunjukkan strategi Fixed Mobile Convergence (FMC) dari XL Satu berjalan dengan baik.

“Di pasar FMC, kami melihat XL Satu akan lebih kuat dengan sinergi backbone jaringan Link Net-XL. Untuk diketahui, LINK fokus pada bisnis layanan fiber, sedangkan XL pada bisnis layanan telekomunikasi,” imbuh Steven kepada Kontan.co.id, Selasa (28/11).

Adapun pada periode kumulatif selama Januari – September 2023, ARPU Gabungan EXCL tercatat sebesar Rp 41 ribu dan memiliki jumlah pelanggan sebesar 57,5 juta. Ini menandakan adanya peningkatan masing-masing sebesar 9% dan 0,2% YoY.

Analis Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy mengatakan, jumlah pelanggan EXCL itu mencerminkan ekspansi perusahaan telah meliputi sekitar 20% dari total 270 juta jiwa masyarakat Indonesia. Sementara, ARPU konsolidasi pengguna prabayar dan pascabayar tetap dipertahankan sekitar Rp 41 ribu.

Robertus berujar, meski berada di peringkat ketiga di belakang Telkomsel dan Indosat dalam hal jumlah pelanggan seluler, EXCL cukup tangguh dengan ekspansi dan inovasinya di segmen bisnis fixed broadband dan IT managed service masing-masing melalui XL Home dan Hypernet.

Selain itu, rencana perusahaan untuk mengkonsolidasikan basis pengguna Link Net dengan perjanjian grosir infrastruktur dan kemungkinan berkonsolidasi dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dapat meningkatkan nilai karena potensi penambahan pendapatan anorganik.

“Kami melihat EXCL cukup tangguh dengan ekspansi dan inovasinya di bisnis fixed broadband dan IT managed service,” jelas Robertus kepada Kontan.co.id, Selasa (28/11).

Robertus menuturkan bahwa EXCL getol ekspansi untuk memperlebar sayap bisnis. Di antara berbagai pendekatan, langkah merger dan akuisisi dipilih oleh emiten telekomunikasi tersebut.

Seperti diketahui, EXCL bergerak dalam bidang seluler dan fixed broadband layanan telekomunikasi dengan merek Axis, XL, dan XL Home. Sebagai bagian dari grup Axiata yang juga beroperasi di Malaysia, Sri Lanka, Bangladesh, Kamboja, dan Nepal, EXCL telah berhasil mengakuisisi PT Axis Telekom dari Saudi Telecom Company dan Teleglobal Investment BV pada bulan Maret 2014.

EXCL kemudian melakukan akuisisi terhadap 51% saham PT Hipernet Indodata (Hypernet) pada Maret 2022 dan 20% saham PT Link Net Tbk (LINK) pada Juni 2022. Guna mengejar konvergensi fixed-mobile (FMC), perusahaan sebelumnya meluncurkan produk XL SATU yang memungkinkan pembagian kuota data seluler prabayar XL dalam keluarga anggota pengguna XL Home.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis menilai, kinerja EXCL sejalan dengan perkiraan yang menunjukkan bahwa perusahaan telah bergerak lebih jauh secara strategis untuk fokus kepada ARPU atau pendapatan dari rata-rata pengguna yang lebih tinggi. Sementara, penyederhanaan opex telah meningkatkan profitabilitas EBITDA.

Pendapatan EXCL pada kuartal ketiga 2023 terpantau lebih rendah 1,45% QoQ yang hanya menghasilkan Rp 8,10 triliun. Segmen pendapatan data dan digital mencatat penurunan yang mencerminkan transisi dari musim puncak pada kuartal kedua ke aktivitas yang lebih rendah dengan dimulainya musim sekolah.

Niko menilai, peningkatan ARPU selama periode musiman yang lemah membantu mempertahankan daya saing. EXCL mencatat jumlah pelanggan yang lebih rendah sebesar 57,5 juta pada kuartal ketiga 2023 dibandingkan 58 juta pada kuartal kedua, tetapi konsumsi data bertahan sebesar 2,453pb di saat EXCL menaikkan harga di bulan Agustus.

Oleh karena itu, EXCL dianggap telah berhasil melakukan konsolidasi sub-basisnya lebih jauh, sambil menjaga ARPU tetap stabil di level tinggi kisaran Rp 42 ribu. EXCL telah efektif melihat segmen yang lebih produktif dan menguntungkan dengan ARPU lebih tinggi, serta paket kuota yang lebih tinggi.

“Kami yakin XL telah berhasil mengambil langkah efektif untuk segmen yang lebih produktif dan menguntungkan,” tulis Niko dalam riset 23 November 2023.

Itulah rekomendasi saham blue chip EXCL. Ingat, rekomendasi ini bukan untuk meminta Anda membeli atau menjual saham tertentu. Segala keputusan investasi berada di tangan Anda dan menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto